Rabu, 18 Januari 2017

PERSEPSI POLITIK

Dinegara kita,kita bisa menyimak berbagai kepanikan orang Indonesia hanya karena berbagai simbol, gambar misalnya, logo misalnya atau ornamen ornamen yang terdapat baik pada dinding, bangunan, pakaian bahkan uang kertas.

Tak habis pikir jika persepsi seperti itu yang di ungkapkan Gus Dur beberapa tahun silam, " Porno itu letaknya di persepsi seseorang. Jika orang tersebut isi kepalanya ngeres, dia akan curiga bahwa Al-Qur'an itu kitab suci porno, karena terdapat ayat tentang menyusui (Al-Baqarah:233). Bagi orang yang berpikiran ngeres tentu menyusui berarti mengeluarkan dan me-tetek, dan ada juga roman-romanan antara Zulaikha dan Yusuf (QS.Yusuf:24)

Naas bagi Gusdur, dengan pernyataan tersebut berimbas pada pelaporan beliau ke kepolisian atas tuduhan penistaan agama dengan memelintir bahwa Al-Quran kitab suci yang paling porno di dunia 

Nah persepsi ini juga terdapat di dalam politik, sebagai mana kita tahu bahwa politik adalah jalan untuk mendapatkan kekuasaan sesungguhnya adalah bagaimana seorang politisi menciptakan/membangun npersepsi. Jika dalam bahasa yang blak-blakan Nikita Khruschev mengatakan bahwa di mana-mana politisi itu sama saja, mereka berjanji membangun jembatan bahkan di tempat yang tidak ada sungai.

Semuanyapun pasti sudah mengetahui bahwa tebaran janji-janji atau kandidat calon dalam kampanye tidak akan seratis persen terlaksana menjadi kenyataan bahkan lima puluh persennyapun janji pada saat kampanye yang terwujud hanya ada dalam cerita-cerita di negeri dongeng. Akan tetapi kepiawaian politisi/calon dan mesin politiknya bagaimana menciptakan atau membangun persepsi politisi tersebut sebagai sosok pembawa gembira atau penyelamat, yang akan di tampilkan sebagai misal: berani, tegas, jujur, anti korupsi dan sebaginya yang cenderung mengoreksi rasionalitas pemilih. Sebab persepsi yang di bnagun itulah, kebanyakan orang menjadi pemilih emosional daripada pemilih rasional.

Akhirnya sungguh menjadi wajar  banyak orang yang menjadi "darah tinggi" melihat fakta bahwa pesta demokrasi telah selesai sedangkan apa yang di janjikan tak kunjung terlaksanakan. seperti pemilih itu di ajak terbang dengan bujuk yang sedemikian rupa lalu di jatuhkan tanpa rasa iba.

Tidak ada komentar: