Sabtu, 23 April 2016

Makalah Aliran-aliran Filsafat

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang Masalah
Epistemologi membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara memeperoleh  pengetahuan.
Tatkala manusia baru lahir, ia tidak mempunyai pengetahuan sedikitpun. Nanti, tatkala ia berusia 40 tahunan , pengetahuannya banyak sekali sementara kawanya yang seumur dengan dia mungkin mempunyai pengetahuan yang lebih banyak dari pada dia dalam bidang yang sama atau berbeda. Bagaimana mereka itu masing-masing mendapat pengetahuan itu? Mengapa dapat juga berbeda tingkat akurasinya? Hal-hal semacam ini dibicarakan di dalam epistemologi.
Runes dalam kamusnya (1971) menjelaskan bahwa epystemologi is the branch of philosophy which investigates the origin, structure, methods, and validity of knowledge. Itulah sebabnya kita sering menyebut dengan istilah filsafat pengetahuan karena ia membicarakan hal pengetahuan. Istilah epistemologi untuk pertama kalinya muncul dan di gunakan oleh J.F.Ferrier pada tahun 1854 (Runes, 1971: 94).
Penetahuan manusia ada tiga macam, yaitu pengetahuan sains, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan mistik. Pengetahuan itu di peroleh manusia melalui berbagai cara dan dengan menggunakan berbagai alat.
1.2.Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan sebelumnya, maka penulis merumuskanya dalam beberapa pertanyaan berikut :
            1. apa pengertian empirisme?
            2. apa pengertian rasionalisme?
            3.apa pengertian positivisme?
            4. apa pengertian intuisionisme?

1.3.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1.      Agar mengetahui aliran empirisme
2.      Agar mengetahui aliran rasionalisme
3.      Agar mengetahui aliran positivisme
4.      Agar mengetahui aliran intuisionisme 



BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Empirisme
            Kata ini berasal dari bahasa Yunani empeirikos yang berasal dari kata empeiria, artinya pengalaman. Menurut aliran ini manisia memperoleh pengetahuan melalui pengalamanya. Dan bila di kembalikan kepada kata Yunaninya, pengalaman yang di maksud yaitu pengalaman inderawi. Manusia tahu es dingin karena ia menyentuhnya, gula manis karena ia mencicipinya.
            John Locke (1632-1704), bapak aliran ini pada zaman modern mengemukakan teori tabula rusa yang secara bahasa berarti meja lilin. Maksudnya ialah bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamanya mengisi jiwa yang kosong itu, lantas ia memiliki pengetahuan. Mula-mula tangkapan indera yang masuk itu sederhana, lama-kelamaan ruwet, lalu tersusunlah pengetahuan berarti. Berarti, bagaimanapun kompleks (ruwet)-nya pengetahuan manusia , ia selalu dapat di cari ujungnya pada pengalaman indera.
            Kelemahan aliran ini cukup banyak. Kelemahan pertama ialah indera terbatas. Benda yang jauh kelihatan kecil . apakah benda itu kecil ? Tidak. Keterbatasan kemampuan indera ini dapat melaporkan objek tidak sebagaimana adanya, dari sini akan terbentuk pengetahuan yang salah. Kelemahan kedua adalah indera menipu. Pada orang yang sakit malaria gula rasanya pahit, udara panas dirasakan dingin. Ini akan menimbulkan pengetahuan empiris yang salah juga. Kelemahan ketiga ialah objek yang menipu, contohnya ilusi, fatamorgana. Jadi, objek itu sebenarnya tidak sebagaimana ia di tangkap oleh alat indera, ia membohongi alat indera. Kelemahan keempat berasal dari indera dan objek sekaligus. Kesimpulannya ialah empirisme lemah karena keterbatasan indera manusia. Oleh karena itu muncul alira rasionalisme. Ada aliran lain yang mirip dengan empirisme: sensasionalisme. Sensasi artinya rangsangan inderawi. Secara kasar, sensasi sama dengan pengalaman inderawi.


2.2. Rasionalisme
            Secara singkat aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar di peroleh dan di ukur dengan akal. Manusia, menurut aliran ini memeperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap objek. Orang megatakan (biasanya) bapak aliran ini adalah Rene Descartes (1596-1650) ini benar. Akan tetapi sesungguhnya paham seperti ini sudah ada jauh sebelun ini. Oarng-orang Yunani kuno telah meyakini juga bahwa akal adalah alat dalam memperoleh pengetahuan yang benar, lebih-lebih pada Aristoteles.
            Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan. Pengalaman indera di butuhkan untuk merangsana akal dan memberikan bahan-bahan yang menyebabakan akal dapat bekerja.  Akan tetapi untyk sampainya manusia kepada kebenaran adalah semata-mata dengan akal. Laporan idera menurut rasionalisme merupakan bahan yang belum jelas, kacau. Bahan ini kemudian di pertimbangkan oleh akal dalam pengalaman berfikir. Akal mengatur bahan itu sehingga dapatlah terbentuklah pengetahuan yang benar. Jadi, akal bekerja akal bekerja karena da bahan dari indera. Akan tetapi akal juga bisa menghasilkan pengetahuan yang tidak berdasarkan bahan inderawi sama sekali jadi akal dapat juga menghasilkan pengetahuan tentang objek yang benar-benar absrtak.
            Kerja sama antara empirisme dan rasionalisme inilah yang melahirkan sains (scientific method), dan dari metode ini lahirlah pengetahuan sains (scientific knowledge) yang dalam bahasa indonesia sering di sebut pebgetahuan ilmiah atau ilmu pengetahuan. Pengetahuan sains adalah ilmu pengetahuan yang logis dan memiliki bukti empiris.
            Jika yang bekerja hanya rasio yaitu andalan rasionalisme maka pengetahuan yang di peroleh ialah pengetahuan filsapat. Pengetahuan filsapat adalah pengetahuan yang lofis tanpa dukungan dari empiris.



2.3. Positivisme
Pertama-tama istilah positivisme disangkutkan dengan ajaran August Comte. Dikatakan bahwa bentuk tertinggi pengetahuan adalah deskripsi sederhana tentang gejala-gejala indrawi. Ajaran ini didasarkan pada perkembangan evolusioner yang disebut ”hukum tiga tahap”.   
Menurut Comte, perkembangan pikiran manusia terdiri dari tiga tahap. Pertama tahap teologis atau fiktif. Dalam tahap ini pengetahuan manusia didasarkan pada kepercayaan akan adanya penguasa adikodrati yang mengatur dan menggerakkan gejala-gejala alam. Manusia selalu berusaha untuk mencari dan menemukan sebab yang pertama dan tujuan akhir segala sesuatu yang ada. Kedua tahap metafisik atau abstrak. Dalam tahap ini pengetahuan dan asas-asas abstrak yang mengganti kedudukan kuasa-kuasa adikodrati. Metafisika merupakan pengetahuan puncak pada masa ini. Ketiga tahap positif atau ilmiah. Dalam tahap ini pengetahuan manusia berdasarkan atas mfakta-fakta. Berdasar pengamatan dan dengan penggunaan akalnya manusia dapat menentukan hubungan-hubungan persamaan dan atai urutan yang terdapat pada fakta-fakta. Tahap positif merupakan tahap dimana jiwa manusia sampai pada pengetahuan yang tidak lagi abstrak, tetapi pasti, jelas, dan bermanfaat.
2.4. Intuisionisme
            Henri bergson (1859-1941) adalah tokoh aliran ini. Ia menganggap hanya indera yang terbatas, akal juga terbatas. Objek-objek yang kita tangkapitu dh objek yang selalu berubah, demikian berson. Jadi, pngeahn kia tentangnya tidak tetap. Intelek atau akal juga terbatas. Akal hanya bisa memehami suatu objek bila mngonsentrasikan dirinya pada objek itu, jadi dalam hal ini manusia tidak mengetahui keseluruhan (unique) tidak juga dapat memahami sifat-sifat yang tetap pada objek. Akal hanya mampu memahami bagian-bagian dari objek, kemudian bagia-bagian itu di gabungkan oleh akal. Itu tidak sama dengan pengetahuan yang menyeluruh tentang objek itu. Ambil lah contoh. Apa itu adil? Akal memahaminya dari segi siterhukum, timbul pemahaman akali; memahaminya dari segi hakim, timbul pemahaman akali, dari segi sikeluatga siterhukum timbul pemahaman akali, dan seterusnya. Kesimpulannya bahwa adil adalah jumlah pemahaman akali tersebut. itu belum tentu benar.

5
            Bergson mengembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang di miliki manusia, yaitu intisi. Ini adalah hasil evolusi pemahaman tertinggi. Kempuan ini mirip dengan instinct, tetapi berbeda dalam kesadaran dan kebebasannya. Pengebangan kemampuan ini memerlukan suatu usaha. Kemampuan inilah yang memahami kebenaran yang utuh, yng tetap, yang unique. Intuisi ini menangkap objek secara langsung tanpa melalui pemikiran. Jadi, indera dan akal hanya mampu menghsilkan pengetahuan yang tidak utuh, sedangkan intuisi dapat menghasilkan pengetahuan yang utuh, tetap.
            Mwnurut ajaran tasawuf atau tarekat manusia itu di pengaruhi (di tutupi) oleh hal-hal yang material, di pengaruhi oleh nafsunya. Bila nefsu itu bsa di kendalikan, penghalang material (hijab) di singkirkan, maka kekuatan rasa itu mampu bekerja, laksana antene. Mampu menangkap objek-objek gaib. Di dalam tashawwuf ini di gambarkan sebagai dalam keadaan fana jiwa mampu melihat yang gaib, dari situ di peroleh pengetahuan.
            Berdasarkan uraian di atas (tenteng epistemologi) dapat di ketahui bahwa manisia memperoleh pengetahuan dengan tiga cara yaitu, cara sains, cara filsafat (logika,akal), dan cara latihan rasa (intusi). Itu dalam garis besarnya. Namun, secara umum pengetahuan itu sebenarnya di peroleh dengan cara berfikir benar. Sains dan filsafat jelas menggunakan cara berfikir benar, mistik sekurang-kurangnya berawal dari berfikir benar juga. Norma-norma atau aturan-aturan berfikir benar itulah yang di bicarakan logika, ini adalah bagian dari teori pengetahuan.



BAB III
PENUTUP

3. Kesimpulan
Jadi Epistemologi membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara memeperoleh  pengetahuan. Dan epistemologi juga memiliki aliran-aliran diantaranya yaitu :
1.      Empirisme
2.      Rasionalisme
3.      Positivisme
4.      Intuisionisme






DAFTAR PUSTAKA

Tafsir, ahmad, 2012, filsafat umum akal dan hati sejak thales sampai capra, Bandung : PT.Remaja Rosdakarya

Tidak ada komentar: