TALCOT
PARSONS
A. Biografi
Talcot
parsons lahir di Colorado Spring pada tahun 1902. Ia berasal dari keluarga yang
religius dan intelektual. Ayahnya seorang pendeta, profesor dan kemudian
menjadi rektor di perguruan tinggi kecil. Talcot Parson meraih sarjana muda
pada universitas Amherst pada tahun 1924 dan menyiapkan disertasinya di London
school of Economic. Di tahun berikutnya ia pindah ke Hiedlberg Jerman. Karirnya
dimulai saat ia mengajar di Hielberg dan Harvard pada tahun 1927 meski beberapa
kali pindah jurusan tetapi ia tetap disana sampai akhir hayatnya. Karirnya
tidak terlalu cepat, sampai tahun 1939 ia tidak mendapat gelar professor. Pada
tahun 1973 Parsons menerbitkan The Structure of Social Action sebuah uku yang
tidak hanya memeperkenalkan pemikiran Sosiologi utama seperti Weber akan tetapi
meletakan landasan bagi teori yang dikmbangkan oleh Parsons Sendiri. Ia menjadi
kajur Sosiologi Harvard pada tahun 1944 dan pada tahun 1946 mendirikan
Departeen hubungan sosial. Dengan diterbitkannya The Social System pada tahun
1951 ia menjadi tokoh dominan Sosiologi Amerika. Tetapi, di akhir 1960an Parson
mendapat serangan dari sayap radikal Sosiologi Amerika yang baru muncul. Parson
di nilai berpandangan berpolitik konservatif dan teorinya di anggap sebagai konservatif
dan tidak lebih dari sebuah skema kategorosasi yang rumit dan sullit dipahami.
Parsons
sangat dipengauhi oleh karya Weber meski ia meninggal 5 tahun sebelum
kedatangan Parsons, dan karya-karya Parson dan sebagian disertasi doktoralya di
Hiedelberg. Talcot Parsons meninggal pada tahun 1979.
B. Teori
Teori
Fungsionalisme Struktural Parsons mengungkapkan suatu keyakinan yang optimis
terhadap perubahan dan kelangsungan suatu sistem. Akan tetapi optimisme Parson
itu dipengaruhi oleh keberhasilan Amerika dalam Perang Dunia II dan kembalinya
masa kejayaan setelah depresi yang parah itu. Bagi mereka yang hidup dalam
sistem yang kelihatannya mencemaskan dan kemudian diikuti oleh pergantian dan
perkembangan lebih lanjut maka optimisme teori Parsons dianggap benar.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Gouldner (1970: 142): ”untuk melihat
masyarakat sebagai sebuah firma, yang dengan jelas memiliki batas-batas
srukturalnya, seperti yang dilakukan oleh teori baru Parsons, adalah tidak
bertentangan dengan pengalaman kolektif, dengan realitas personal kehidupan
sehari-hari yang sama-sama kita miliki”.
Fngsionalisme
Struktural
Teori
Struktural fungsional Parsons diawali dengan empat skema penting mengenai
fungsi untuk sistem tindakan, skema tersebut dikenal dengan sekema AGIL. Ita
harus tahu dulu fungsi disini, fungsi disini adlah kumpulam kegiatan yang
ditujukan ke arah pemenuhan sistem.
Meurut
Parsons ada empat fungsi penting yang mutlak dibutuhkan bagi semua sistem
sosial yang meliputi adaptasi (A), pencapaian tujuan Goal Attainment (G),
integrasi (I), dan latensi (L). Empat fungsitersebut wajib dimiliki semua
sistem agar tetap bertahan.
Penjelsannya
sebagai berikut:
a. Adaption : System harus dapat beradaptasi dengan
cara menanggulangi situasi yang gawat dan sistem harus bsa menyesuaikan diri
dengan lingkungan dan dapat meneyesuaikan lingkugan untuk kebutuhannya.
b. Goal
Attaintment : Yaitu pencapaian
tujuan dimana sistem harus dapat mendefininisikan dan mencapai tujuannya.
c. Integrasi : sebuah sistem haru mampu mengatur
dan menjaga antar bagian-bagian yang menjadi komponennya dan mengelola ketiga
fungsi (AGL)
d. Latensi : Sistem harus mampu berfungsi
sebagi pemelihara pola, sebuah sistem harus memelihara dan memperbaiki motivasi
polapola individu kultural.
Adapun
komponen dari sistem secara general (umum) dari suatu aksi adalah: Keturunan
& Lingkungan yang merupakan kondisi akhir dari suatu aksi, Maksud &
Tujuan, Nilai Akhir, dan hubungan antara elemen dengan faktor
normatif (Bachtiar, Wardi Prof.Dr, 2006:312).
C. Kritik
Penagnut
teori ini cenderung memaksakan pada tingkatan masyarakat yang harmonis.
Padahal, dalam suatu masyarakat tidak selamanya harmonis dan pasti mengalami
konflik. Dalam konflik ini, akan terjadi perpecahan dalam masyarakat dan
menimbulkan guncangan dalam sistem. Bisa saja sistem yang sudah terbentuk
menjadi hilang. Fungsionalis yang berlebihan pada posisi masyarkat harmonis dan
mengabaikan konflik dalam masyarakat.
Teori
ini terlalu kaku dalam melihat perubahan terutama yang berasal dari luar. Teori
ini hanya berfokus pada kondisi masyarakat yang stabil, padahal kehidupan
masyarakat berjalan diamis.
Terlalu
memandang masyarakat harmonis dan mengabaikan konflik sosial, fugsionalis
cenderung mempertahankan pengaturan yang telah ada dalam sebuah masyarkat.
D. Karya
ROBERT
K. MERTON
A. Biografi
Robert King Merton
lahir pada 4 Juli 1910 bertempat di Philadelphia Selatan. Ia tinggal di
pemukiman kumuh, ayahnya seorang tukang kayu dn sopir truk. Keluarganya adalah
imigran Yahudi. Merton dibesarkan dalam semangat belajar yang tinggi, ia sering
di temukan membaca buku di Carniegie Library pada masa kanak-kanaknya.
Merton merupakan
anak yang panda, sehingga karena kepandaiannya ia mendapat beasiswa di
universitas Temple dan mendapatkan gelar B.A. ia menjadi tertarik dengan
Sosiologi dan kemudian ia mengambl rangkaian pelajaran Sosiologi yang diajarkan
oleh Goergoe E. Simpson. Karena kepandaiannya ia kembali mendapatkan beasiswa
dan mendpatkan gelar MA dan Ph.D dari universitas Harvard. Merton mempunyai dua
istri yang pertama Suzanne Carhart dan keduan sama-sama sebagai sosiolog yaitu
Harriet zuckermen.
Selama di Harvard,
Merton belajar kepada P.A Sorokin, yang mengarahkannya kepada pemikiran sosial
Eropa. Lalu Talcot Parsons yang lebih muda darinya melalui gagasan yang
tertuang dalam karyanya Struktur os Social Action. Kemudian kepada ahli
biokimia yang terkadang juga menjadi sosiolog yaitu L.J Henderson, yang
mengajarkannya tentang penelitian berdisiplin tentang hal-hal yang dianggapnya
menarik. Pada sejarawan ekonomi, E.F Gay, yang mengajarkannya tentang
perkembangan ekonomi. Mereka pulalah yang mempengaruhi pemikiran Robert K.
Merton
Merton wafat pada tanggal
23 Februari 2003 dengan usia 93 tahun.
B. Teori
Model struktural fungsional
Merto
Mengkritik yang dilihatnya sebagai tiga postulat dasar analisis fungsional yang
dikembangkan oleh antropolog Malinowski dan Radcliffe Brown. Postulat pertama
adalah kesatuan fungsional masyarakat yang menyatakan bahwa seluruh kepercayaan
dan prktik sosial budaya bersifat fungsional bagi masyarakat maupun individu
yang menagndung arti berbagai sistem sosial pasti menunjukan tingginya level
integrasi. Namun, Merton berpandangan bahwa meski hal ini berlaku bagi
masyarakat kecil dan primitif, generalisasi ini dapat diperluas pada masyarakat
yang lebih luas dan komplek.
Postulat
yang kedua adalh fungsionalisme universal. Yang meyatakan semua bentuk struktur
sosial kultural memiliki fungsi positif. Merton berpandangan bahwa ini
bertentangan degan kehidupan nyata.
Menurutnya setiap struktur, adat istiadat, gagasan, keyakina dll tidak selalu
mempunyai fungsi positif. Sebagi contoh nasionalisme buta bisa jadi berbahaya
di tengah dunia yan sedang mengembangkan persenjataan nuklir.
Postulat
yang ketiga adalah indispensabilitas. Yang menyatakan seluruh aspek standar
masyarakat tak hanhya memiliki fungsi positif namun juga mepresentasikan
bagian-bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan. Postulat ini mengacu bahwa
seluruh struktur dan fungsi secara fungsional diperlukan oleh masyarakat.
Kritik Merton, mengikuti Parsons adalah paling tidak kita harus mengakui bahwa
ada bebagai alternatif struktural dan fungsional dalam masyarakat.
Pendapat
merton adalah postulat terebut tidak empiris yang diadasarkan pada toritis
abstrak. Dan menjadi tanggung jawab sosiolog untuk membuat postulat tersebut
menjadi empiris.
C. Kritik
Fungsionalisme
struktural tidak terlalu membahas sejarah, karenanya ia bersifat ahistoris.
Fungsinalisme terlalu mngkritik evolusi dan mulai memusatkan perhatiannya pada
masyarakat kontemporer ataupun masyarakat abstrak, namnun fungsionalisme tidak
mesti ahistoris (Turner dan Maryanski)
LEWIS COSSER
A. Biografi
Lewis
Alfred Coser ( biasa di singkat Lewis A.
Coser ) lahir di Berlin, tahun 1913. Ia menggabungkan karier akademik yang
istimewa dengan perhatian kuat atas kebijakan social dan politik. Setelah
Perang Dunia ke II, ia mengajar di Universitas Chicago dan Universitas
Brandeis, namun gelar Ph.D-nya didapat dari Universitas Columbia pada 1968.
Gelar guru besar didapat dari universitas Brandeis, kemudian di Universitas ini
pula Coser banyak berkiprah di dunia sosiolog.
B. Teori
Fungsional Konflik
Konflik
pada hakekatnya merupakan suatu pertentangan yang diakibatkan oleh kondisi
sosial yng tidak sesuai dalam suatu kelompok maupun antar kelompok yang
berujung pada pertikaian. Akn tetapi, konflik juga dapat diartikan sebagai
proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan, dan
pemeliharaaan struktur sosial. Konflik dapat menetapkan dan menjaga garis batas
antara dua atau lebih kelompok, selain itu konflik antar kelompok dapat
memperkuat kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke
dalam dunia sosial di sekelilingnya. Coser menjelaskan beberapa manfaat konflik
antara lain:
a. Konflik
dapat memperkuat solidaritas suatu kelompok yang agak longgar. Dalam masyarakat
yang terancam perpecahan, konflik dengan masyarakat lain bisa menjadi kekuatan
yang mempersatukan.
b. Konflik
dengan kelompok lain dapat menghasilkan solidaritas didalam kelompok tersebut
dan solidaritas itu bisa menghantarnya kepada aliansi-aliansi dengan
kelompok-kelompok lain.
c. Konflik
juga bisa menyebabkan anggota-anggota masyarakat yang terisolir menjadi
berperan secara aktif.
d. Konflik
juga bisa berfungsi untuk berkomunikasi.
Katup penyelamat( savety velve).
Katup
penyelamat ( savety valve) dapat diartikan sebagai jalan keluar dari
permasalahan, misalnya maslah kerusuhan antara dua kelompok, maka di butuhkan
mediator maka mediator tersebutlah yang disebut sebagai katu penyelamat.
C. Kritik
Secara
umum, Coser melihat konflik lebih pada fungsinya dan nilai-nilai positifnya
merupakan sesuatu yang baik. Akan tetapi, konflik tetaplah konflik yakni
sesuatu yang bersifat negatif dan bila intensitas konflik terlalu sering maka
akan menjadi ancaman bagi eksistensi suatu masyarakat.
RALF DAHRENDORF
A. Biografi
Nama
lengkapnya adalah Ralf Gustav Dahrendorf. Lahir pada tanggal 1 Mei 1929 di
Hamburg, Jerman. Saat berumur belasan tahun di Nazi German, Ralf Dahrendorf
ikut pemusatan kemah dalam menentang
negaranya sehingga lama kelamaan ia masuk dalam dunia politik.
Dahrendorf
menjadi anggota Parlemen Daerah dan menjadi Parlemen di Jerman Barat. Dia
pernah bekerja pada akademik di Jerman, Inggris dan Amerika Serikat. Beliau
adalah seorang tokoh sosiologi, philosophi dan tokoh politik. Beliau adalah
seorang tokoh pemikir yang memberikan kontribusinya pada masyarakat mengenai
pengertiannya tentang dunia modern.
Pada
tahun 1947-1952 dia belajar philosophi, philoshophy klasik dan sosiologi di
Hamburg dan London. kemudian dia menjadi doctor of Philosophy (dr. Phil )
dan menjadi 24 honorer yang diterima
kemudian mendapat gelar PhD di London School of Economic. 1952-1954 beliau
mengajar di universitas Saabrucken kemudian masuk menjadi republik Federal
German sebelum diajukan belajar di pusat ilmu tingkah laku Palo Alto.
Pada
tahun1958-1960 bergerak ke universitas Tubingan selama enam tahun. Pada tahun
1966-1969, beliau mengajar di universitas Konstanz. Tahun 1969-1970 beliau
menjadi anggota dari the European Economics Comunity di Brussel, Belgium. tahun 1974- 1984 beliau kembali lagi menjadi
profesor ilmu sosial selama tiga tahun dan menjadi seorang direktur pada
sekolah tinggi ekonomi di London.
B. Teori
Teori
Konflik Ralf Dahrendorf
Teori
konflik sebagian berkembang sebagai reaksi terhadap fungsionalisme struktural
dan akibat berbagai kritik, yang berasal dari sumber lain seperti teori Marxian
dan pemikiran konflik sosial dari Simmel. Salah satu kontribusi utama teori
konflik adalah meletakan landasan untuk teori-teori yang lebih memanfaatkan
pemikiran Marx. Masalah mendasar dalam teori konflik adalah teori itu tidak
pernah berhasil memisahkan dirinya dari akar struktural-fungsionalnya. Teori
konflik Ralf Dahrendorf menarik perhatian para ahli sosiologi Amerika Serikat
sejak diterbitkannya buku “Class and Class Conflict in Industrial Society”,
pada tahun 1959.
Asumsi
Ralf tentang masyarakat ialah bahwa setiap masyarakat setiap saat tunduk pada
proses perubahan, dan pertikaian serta konflik ada dalam sistem sosial juga
berbagai elemen kemasyarakatan memberikan kontribusi bagi disintegrasi dan
perubahan. Suatu bentuk keteraturan dalam masyarakat berasal dari pemaksaan
terhadap anggotanya oleh mereka yang memiliki kekuasaan, sehingga ia menekankan
tentang peran kekuasaan dalam mempertahankan ketertiban dalam masyarakat.
Bagi
Dahrendorf, masyarakat memiliki dua wajah, yakni konflik dan konsesus yang
dikenal dengan teori konflik dialektika. Dengan demikian diusulkan agar teori
sosiologi dibagi menjadi dua bagian yakni teori konflik dan teori konsesus.
Teori konflik harus menguji konflik kepentingan dan penggunaan kekerasan yang
mengikat masyarakat sedangkan teori konsesus harus menguji nilai integrasi
dalam masyarakat. Bagi Ralf, masyarakat tidak akan ada tanpa konsesus dan
konflik. Masyarakat disatukan oleh ketidakbebasan yang dipaksakan. Dengan
demikian, posisi tertentu di dalam masyarakat mendelegasikan kekuasaan dan
otoritas terhadap posisi yang lain.
C. Kritik
Dahrendorf
tidak secara jelas mencerminkan pemikiran Marxian. Teori konflik ini adalah
tejemahan dari teori Marxian dalam sosiologi. Kedua teori konflik lebih banyak
kesamaannya dengan fungsionalisme struktural dibanding dengan teori Marxian .
penekanan Dahrendorf pada sistem sosial
(asosiasi yang yang di koordinasikan secra paksa). Ketiga seperti
fungsionalisme structural, teori konflik hampir seluruhnya bersifat makroskopik
dan akibatnya sedikit sekali yang ditawarkan kepada kita untuk memahami pikiran
dan tindakan individu.
Charles
Wright Mills
A. Biografi
Charles
Wright Mills kelahiran Waco, Texas, Amerika Serikat. C. Wright Mills lahir pada
tanggal 28 Agustus 1916 di Waco, Texas. Ayahnya adalah putih broker asuransi
dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga, dan mereka dari keturunan
Irlandia-Inggris. Keluarga yang dipindahkan dari tempat ke tempat di Texas,
tinggal di Waco, Wichita Falls, Fort Worth, Sherman, Dallas, San Antonio dan
Austin.
Setelah lulus dari Dallas
Technical High School pada tahun 1934, antisipasi karir sebagai seorang
insinyur, Mills memasukkan Texas Agricultural & Mechanical College, sebuah
sekolah yang besar militer ayahnya berpikir akan membuat seorang dari dia.
Sebagai mahasiswa, yang pertama adalah bagian dipublikasikan surat kepada
Batallion, mahasiswa koran, di mana dia protes terhadap penindasan mindless
disiplin yang freshmen terpaksa menjalani di tangan upperclassmen. Ia relished
yang melihat dia marah pada petugas senior 'muka karena membacanya. Merespon ke
jawab accusing dia kurangnya "bersemangat," ia menutup penned kata
ini dalam kedua surat di Batalyon. Beilau wafat pada tahun 1962.
B. Teori
Imajinasi
Sosiologi
Dalam
menganalisis atau melihat persoalan masyarakat perlu menggunakan imajinasi
sosiologi. Maksud dari imajinasi sosiologi ini merupakan kemampuan untuk
melihat relaitas mendalam dari hidup dalam konteks struktur sosial secara umum
yang di bawa oleh teorinya C. Wright Mills sebagai seorang yang tidak pernah
mengesampingkan prinsip-prinsip psikologis, ia mencoba mengaitkannya dengan
masalah sosiologis dan struktrural. Imajinasi sosiologi merupakan kemampuan
untuk memahami sejarah dan biografi serta hubungan-hubungan di antaranya dengan
masyarakat. Imajinasi sosiologi ditulis dalam karya Mills dengan maksud untuk
membedakan antara personal trouble dan public Issue. Kesulitan personal
(personal trouble). Seperti dalam contoh personal trouble, jika dalam suatu
daerah ada seorang penggangguran, maka pengangguran tersebut itulah yang
disebut personal trouble dan jika dalam daerah terdapat 12 juta penganggur dari
18 juta jiwa maka itu disebut public Issu.
Imajinasi
sosilogis merupakan gabungan dari dua cara penelitian yang disebut sebagai
makroscopiks dan molecular. Makroscopiks berhubungan dengan keseluruhan
struktur sosial dalam cara perbandingan beruang lingkup sama dengan ruang
lingkup ahli sejarah dunia, mencoba menampilkan tipe-tipe fenomena historis dan
secara sistematis menghubungkan berbagai lingkungan institusional masyarakat
yang kemudian dikaitkan tipe-tipe manusia yang ada. Molecular ditandai oleh
masalah-masalah berskala kecil dengan kebiasaan menggunakan model verifikasi
statistilk (M.poloma, 2010).
Dalam
karyanya Power Elite dan White Collar, Mills menggabungkan minatnya akan teori
klasik dengan kerihatinan terhadap isu-isu sosial. Salah satu di antara banyak
karya Mills ialah The Power Elite yang mengetengahkan saling berhubungan
kekuatan tritunggal (ekonomi, politik dan militer). Dan yang mengenai
White-Collar yang dari karya tersebut dibangun diatas pemikirannya Marx
mengenai alienasi pekerjaan (Ritzer, 2003). Dalam kasus ini karyawan yang
digaji dan bekerja secara rutin ternyata tidak mendapatkan apa yang seharusnya
ia dapatkan baik dalam bentuk produk barang apapun.
GEORGE
C. HOMANS
A. Biografi
George
C. Homans lahir 11 Agustus 1910 di boston,massachussets. Homans belajar di
sekolah lanjutan swasta di St. paulus di concord, New Hampshire dari tahun
1923-1928, lulus pada bidang Sastra Amerika dan Inggris pada 1932. Meskipun ia
seorang pengacara, tetapi Homans juga terpilih menjadi mahasiswa doctor muda di
Sosiologi Harvard (1934-1939). Selain mengajarkan tentang Sosiologi Homans juga
mengajarkan tentang sejarah abad pertengahan. Dari sanalah ia mendapatkan
anugrah sebagai Guru Besar Sosiologi setelah ia mengajar dan menjadi faculty
member di Harvard dari tahun 1939-1941. Homans juga seorang associate professor
dari tahun 1946-1953. Kemudian sebagai perwira angkatan laut selama perang
dunia II, ia kembali ke Harvard sebagai anggota fakultas 1946-1971, sampai akhirnya
pensiu. pada tahun 1980 Homans pensiun mengajar di Universitas Harvard.
Sebelum
meninggal pada 29 mei 1989 di Cambrige Hospital karena penyakit hati
terakumulasi, setahun sebelumnya itu ia melanjutkan menulis teks-teks yang
menjelaskan tentang teori-teori sosial.
B. Teori
TEORI
PERTUKARAN-PERILAKU
Awalnya
George C. Homans tidak menaruh perhatian masalah pertukaran sosial dalam
mengadakan pendekatan terhadap masyarakat karena pada awalnya ia mengarahkan
perhatian pada pendekatan fungsionalisme struktural. Pendekatan fungsionalisme
struktural ternyata mempunyai arti yang sangat penting karena mampu memberi
masukan terhadap teori sosiologi, terutama dalam hubungannya dengan struktur,
proses dan fungsi kelompok sebagaimana tercantum dalam bukunya yang berjudul
The Human Group. Menurut pendapatnya analisis fungsionalisme struktural
mempunyai manfaat untuk menemukan dan memberikan uraian, akan tetapi pendekatan
tersebut tidak mampu menjelaskan. Selanjutnya, berhubung pendekatan
fungsionalisme struktural itu tidak dapat menjelaskan berbagai macam hal maka
menurut pendapatnya dianggap sebagai suatu kegagalan.
Berhubung
pendekatan fungsionalisme struktural dianggap gagal dalam memberikan
fenomena-fenomena baru yang muncul dalam interaksi sosial di masyarakat maka ia
berusaha menyempurnakannya dengan prinsip-prinsip pertukaran sosial. Berkenaan
dengan hal tersebut maka ia tinggalkan pendekatan fungsionalisme struktural dan
selanjutnya menyatakan tentang pentingnya pendekatan psikologi dalam
menjelaskan gejala-gejala sosial. Menurut pendapatnya dengan psikologi dapat
dijelaskan mengenai faktor yang menghubungkan sebab dan akibat. Dalam hal yang
menghubungkan antara sebab dan akibat hanya dapat dijelaskan oleh proposisi
psikologi melalui pendekatan perilaku. Namun, pada mulanya ia juga menggunakan
pendekatan ilmu ekonomi karena diasumsikan bahwa orang yang berperilaku itu
memperoleh ganjaran dan menghindari hukuman. Akan tetapi, ia juga berpendapat
bahwa perilaku orang itu tidak semata-mata alasan ekonomi, melainkan juga
karena adanya rasa kepuasan, harga diri dan persahabatan.
George
C. Homans menyatakan bahwa psikologi perilaku sebagaimana diajarkan oleh B.F.
Skinner dapat menjelaskan pertukaran sosial. Adapun proposisi yang mampu
memberikan penjelasan pertukaran sosial, yaitu:
a. Proposisi
sukses, artinya semakin perilaku itu memperoleh ganjaran, semakin orang
melaksanakan perilaku tersebut;
Contohnya,
kita dapat berharap menerima gaji di akhir minggu setelah sarat dengan kerja
berat, kita tahu bahwa siswa yang belajar sungguh – sungguh akan memperoleh
nilai tinggi, atau kita temukan bahwa senyuman selalu mengundang sambutan
hangat sebagai imbalannya.
Akan
tetapi proposisi ini harus diseimbangkan dengan proposisi lain. Jelas bahwa
tidak semua orang memilih untuk bekerja, tidak semua siswa belajar sebelum
ulangan dan tidak semua orang member senyuman.
b. Proposisi
stimulus, artinya apabila stimulus menyebabkan adanya ganjaran maka pada
kesempatan yang lain orang akan melakukan tindakan apabila ada stimulus yang
serupa;
c. Proposisi
nilai, artinya semakin tinggi nilai suatu tindakan maka semakin senang orang
melaksanakan;
d. Proposisi
deprivasi satiasi, artinya semakin orang memperoleh ganjaran tertentu maka
semakin berkurang nilai itu bagai orang yang bersangkutan; Apa yang dikatakan
Homans sebagai kunci penjelasan ialah kejenuhan dengan ganjaran tertentu.
e. Proposisi
restu-agresi, artinya ganjaran yang tidak seperti yang diharapkan maka akan
menyebabkan marah dan kecewa serta dapat menyebabkan perilaku yang agresif.
Dalam proposisi berlapis ini Homans berbicara tentang perilaku emosional
seseorang.
Teori
Pertukaran sosial beranggapan orang berhubungan dengan orang lain karena
mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Pada pendekatan obyektif
cenderung menganggap manusia yang mereka amati sebagai pasif dan perubahannya
disebabkan kekuatan-kekuatan sosial di luar diri mereka.
Homans
menekankan bahwa kelima proposisi itu saling berkaitan dan harus diperlakukan
sebagai satu perengkat. Dalam analisis final, Homans menyatakan bahwa
masyarakat dan lembaga – lembaga sosial itu benar – benar ada disebabkan oleh
pertukaran sosial; dan ini akan dianalisa dengan kelima proposisi itu.
C. Kritik
Kontradiksi
yang palng parah dalam teori pertukaran sosial Homans ialah kepercayaannya
bahwa dia sedang menghadapi psikologi, yaitu psikologi perilaku yang
mempelajari manusia sebagai manusia, sebagai anggota spesies manusia, namun
psikologi ini ternyata telah mengambil prinsip – prinsipnya dari perilaku
binatang. Lebih menarik adalah kenyataan bahwa Homans kehilangan apa yang
mungkin paling esensil dalam manusia. Berbeda dengan binatang, tindakan manusia
tidak perlu dikaitkan dengan masa lalu mereka, tetapi manusia dapat bertindak
sekarang, walaupun masa lalu menyediakan perhitungan berbagai kemungkinan masa
depan yang menguntungkan mereka.
ERVING
GOFFMAN
A. Biografi
Erving
Goffman, lahir di Alberta, Canada pada 11 Juni 1922. Mendapat gelar S1 dari
Univ. Toronto menerima gelar doctor dari Univ. Chicago. Beliau wafat pada tahun
1982 ketika sedang mengalami kejayaan sebagai tokoh sosiologi dan pernah
menjadi professor dijurusan sosiologi Univ. Calivornia Barkeley serta ketua
liga Ivy Univ. Pennsylvania. Erving Goffman, dianggap sebagai pemikir utama
terakhir Chicago asli (Travers, 1922: Tselon, 1992); Fine dan Manning (2000)
memandangnya sebagai sosiolog Amerika paling berpengaruh di abad 20. Antara
1950-an dan 1970-an Goofman menerbitkan sederetan buku dan esai yang melahirkan
analisis dragmatis sebagai cabang interaksionisme simbolik. Walau Goffman
mengalihkan perhatiannya di tahun-tahun berikutnya, ia tetap paling terkenal
karena teoridramtugisnya.
Goffman
wafat tahun 1982 ketika berada di puncak ketenarannya. Ia sejak lama dianggap
sebagai tokoh “pujaan” dalam teori sosiologi. Status ini dicapai meski ia telah
lama menjadi profesor di jurusan sosiologi bergengsi di Universitas California,
Berkeley dan kemudian menjadi ketua di Liga Ivy, Universitas Pennsylvania.
B. Teori
Goffman
memandang kehidupan sosial merupakan pertunjukan drama pentas. Menurut Goffman,
diri bukanlah milik aktor, melainkan hasil interaksi dramatis antara aktor dan
audiens.
Goffman
juga memperkenalkan teknik yang digunakan aktor untuk mempertahankan kesan
tertentu dalam menghadapi masalah yang mungkin mereka hadapi dan metode yang
mereka gunakan untuk mengatasi masalah ini. Goffman mengambil analogi teatrikal
front stage dan back stage. Front stage adalah bagian pertunjukan yang umumnya
berfungsi secara pasti dan umum untuk mendefinisikan situasi bagi orang yang
menyaksikan pertunjukan. Termasuk di dalam front stage adalah setting dan front
personal. Setting adalah pemandangan fisik yang biasanya harus ada jika aktor
memainkan perannya, sedangkan front personal berarti berbagai macam barang
perlengkapan yang bersifat menyatukan perasaan yang memperkenalkan audiens
dengan aktor dan perlengkapan itu diharapkan audiens dipunyai oleh aktor.
Di
dalam front personal terdapat penampilan dan gaya. Penampilan ialah berbagai
jenis barang yang mengenalkan kita kepada status sosial aktor, sedangkan gaya
mengenalkan penonton terhadap peran macam apa yang diharapkan aktor untuk
dimainkan dalam situasi tertentu. Front personal menurut Goffman cenderung
melembaga, sehingga memunculkan representasi kolektif mengenai apa yang terjadi
di front tertentu. Dengan penjelasan lain bahwa peran yang akan dimainkan oleh
aktor telah ditentukan bidang pertunjukannya. Pemikiran Goffman tersebut telah
memperlebar pendekatannya yang memiliki citra struktural, tak hanya bersifat
interaksionisme simbolik.
Orang
pada umumnya mencoba mempertunjukkan gambaran yang sempurna mengenai diri
mereka sendiri di hadapan umum, sehingga terkadang mereka menyembunyikan
rahasia pribadi dari hadapan orang banyak. Peran dalam sudut pandang dramaturgi
ialah konsekuensi dari status seseorang. Peran sendiri dapat dikategorikan ke
dalam tiga kategori, yaitu peran yang berhubungan dengan pekerjaan, seperti
seorang dokter, polisi, dosen, supir taksi, dll. Ada pula peran keluarga
seperti seorang ayah, nenek, ibu, anak, dll, yang terakhir peran orang ke
orang, seperti tetangga, teman, dll. Status seseorang dapat dilihat dari sejauh
mana seseorang memerankan perannya dengan baik.
Konsep
Framing : Stereotipe, Stigma, dan Analisis Framing
Goffman
membuat kategori tentang stigma, yaitu orang yang direndahkan (stigma
diskredit) dan orang yang dapat direndahkan (discreditable stigma). Orang yang
direndahkan ialah orang yang memiliki cacat atau kekurangan yang kasat mata,
seperti orang pincang, orang buta, dll. Sedangkan orang yang dapat direndahkan
memiliki aib yang tak kasat mata, seperti pelaku homoseks.
Stereotipe
merupakan generalisasi atas status seseorang berdasarkan kelompok atau grup
yang diikutinya, sebagai contoh, seorang dokter yang bekerja di sebuah klinik
yang sedang tertimpa kasus malpraktek, walaupun ia bukanlah dokter yang
dimaksud, namun pandangan audiens terhadapnya adalah curiga terhadap
kemungkinan malpraktek juga.
Analisis
framing merupakan definisi situasi yang dibentuk sesuai dengan prinsip-prinsip
organisasi yang mengatur peristiwa-peristiwa, paling tidak peristiwa sosial,
dan keterlibatan subyetif kita di dalamnya. Dengan arti, kita belajar memaknai
suatu peristiwa dan realitas sesuai
dengan pengalaman yang telah kita dapatkan dalam suatu organisasi sosial
masyarakat yang kemudian menjadi tindakan kita
C. Kritik
Teori
ini dianggap tidk mendukung pemahaman bahwa dalm tujuan sosiologi yakni
kekuatan “masyarakat”. Bahwa tuntutan peran individual menimbulkan clash bila
dihadapan dengan peran kemasyarakatan.
Dramaturgi
dianggap terlalu condong kepada positifisme. Penganut faham ini menyatakan
adanya kesamaaan antara sosial dan ilmu alam, yakni aturan. Aturan adalah pakem
yang mengatur dunia sehingga tindakan yang tidak dapat dijelaskan secara logis
merupakan hal yang tidak patut.
HERBERT
BLUMER
A. Biografi
Blumer
lhir pada tanggal 7 Maret 1900 di St Louis, Missouri. Ia dibesarkan di Webster
Grove, bersama orang tuannya. Bersekolah di Webster Groves High School lalu
melanjutkan ke perguruan tinngi University of Missouri 1918-1922 setelah lulus,
dia mendapatkan posisi mengajar di university of Missouri, pada tahun 1925 ia
pindah ke universitas Chicago dimana ia sangat dipengaruhi oleh psikolog sosial
Herbert Mead, dan sosiolog Thomas dan Robert Park. Setelah menyelesaikan gelar
doktor pada tahun 1928, ia menerima posisi mengajar di universitas Chicago,
dimana ia melanjutkan penelitian sediri.
B. Teori
Blumer
mengutarakan tentang tiga prinsip utama interaksionisme simbolik, yaitu tentang
pemaknaan (meaning), bahasa (language), dan pikiran (thought). Premis ini
nantinya mengantarkan kepada konsep ‘diri’ seseorang dan sosialisasinya kepada
‘komunitas’ yang lebih besar, masyarakat. Blumer mengajukan premis pertama,
bahwa human act toward people or things on the basis of the meanings they
assign to those people or things. Maksudnya, manusia bertindak atau bersikap
terhadap manusia yang lainnya pada dasarnya dilandasi atas pemaknaan yang
mereka kenakan kepada pihak lain tersebut. Once people define a situation as
real, its very real in its consequences. Pemaknaan tentang apa yang nyata bagi
kita pada hakikatnya berasal dari apa yang kita yakini sebagai kenyataan itu
sendiri. Karena kita yakin bahwa hal tersebut nyata, maka kita mempercayainya
sebagai kenyataan.
Premis
kedua Blumer adalah meaning arises out of the social interaction that people
have with each other. Pemaknaan muncul dari interaksi sosial yang dipertukarkan
di antara mereka. Makna bukan muncul atau melekat pada sesuatu atau suatu objek
secara alamiah. Makna tidak bisa muncul ‘dari sananya’. Makna berasal dari
hasil proses negosiasi melalui penggunaan bahasa (language)—dalam perspektif
interaksionisme simbolik.
Premis
ketiga Blumer adalah an individual’s interpretation of symbols is modified by
his or her own thought process. Interaksionisme simbolik menggambarkan proses
berpikir sebagai perbincangan dengan diri sendiri. Proses berpikir ini sendiri
bersifat refleksif. Nah, masalahnya menurut Mead adalah sebelum manusia bisa
berpikir, kita butuh bahasa. Kita perlu untuk dapat berkomunikasi secara
simbolik. Bahasa pada dasarnya ibarat software yang dapat menggerakkan pikiran
kita. Konsep diri menurut Mead sebenarnya kita melihat diri kita lebih kepada
bagaimana orang lain melihat diri kita (imagining how we look to another
person).
Kaum
interaksionisme simbolik melihat gambaran mental ini sebagai the looking-glass
self dan bahwa hal tersebut dikonstruksikan secara sosial. Dalam konsepsi
interaksionisme simbolik dikatakan bahwa kita cenderung menafsirkan diri kita
lebih kepada bagaimana orang-orang melihat atau menafsirkan diri kita. Kita
cenderung untuk menunggu, untuk melihat bagaimana orang lain akan memaknai diri
kita, bagaimana ekspektasi orang terhadap diri kita. Oleh karenanya konsep diri
kita terutama kita bentuk sebagai upaya pemenuhan terhadap harapan atau
tafsiran orang lain tersebut kepada diri kita. Kita acap kali mencoba
memposisikan diri ke dalam orang lain, dan mencoba melihat bagaimanakah
perspektif orang tersebut ketika memandang diri kita. Kita semacam meminjam
kaca mata orang lain tersebut untuk dan dalam melihat diri kita.
C. Kritik
Dituduh
terlalalu mudah membuang teknik ilmiah konvensional, konsep dasar teori
interaksionalisme simbolik dinilai keliru, tidak tepat dan tak mampu
menyedeiakan basis yang kuat untuk membangun teori dan riset. Interaksionalisme
simbolik dikritik karena meremehkan atau mengabaikan peran struktur berskla
luas. Interaksionalime simbolik tidak cukup mikroskopik, mengabaikan peran
penting faktor sepeti ketidak sadaran dan emosi.
ANTONIO GRAMSCI
A. Biografi
Antonio
Gramsci, lahir di Italia, pada tanggal 22 Januari 1891. Meski terlahir dari
keluarga kelas bawah, ia sempat mengenyam pendidikan di Universitas Turin
setelah mendapatkan beasiswa.
Gramsci
dikenal sebagai aktivis gerakan-gerakan sosial di Turin, Italia, sewaktu masih
bertitel mahasiswa. Dari sini, aktivitasnya sebagai seorang aktivis terus
meroket. Tahun 1913, ia bergabung dengan Partai Sosialis Italia, sembari
bekerja di media massa kaum sosialis di Turin. Aktivitasnya juga diimbangi
dengan perkembangan dalam bidang pemikiran. Ia fokus pada perlawanan terhadap
ideologi dominan yang disebar-luaskan oleh negara.
Menginjak
tahun 1922, Gramsci pindah ke Rusia dan bekerja di Moskow Wina hingga tahun
1924. Di sinilah ia mulai melancarkan pemikiran-pemikiran kritis tentang
sosialisme. Setelah itu ia kembali ke Italia dan tak lama kemudian terpilih
sebagai anggota parlemen pada tahun 1924, sebagai wakil dari golongan sosialis.
Tahun
1926 ia dijatuhi hukuman 20 tahun penjara oleh pemerintahan fasis Mussolini.
Namun layaknya pemikir-pemikir lain, suasana kesendirianlah yang melecut daya
intelektualnya untuk menuangkan pikiran-pikiran. Di sana ia tuangkan konsepnya
mengenai apa yang disebut organic intellectuals. Sejak saat itu, buah-buah
pemikirannya seperti sedang panen. Pemikiran tentang hegemony, negara dan civil
society, berbuah pada masa itu.
Ke
semua pemikirannya tertumpah dalam 34 buku catatan harian Gramsci, yang
ditulisnya dalam masa pengawasan ketat dan pesakitan. Masing-masing buku harian
berisi beberapa konsep. Pilihan dari isi diary-nya ini yang nantinya disulap
menjadi buku berjudul The Prison Notebooks.
Singkat
cerita, setelah menderita sakit berkepanjangan, 27 April 1937 Gramsci tewas
meregang nyawa di kamar penjaranya sendiri. Adalah Tatiana, seseorang yang
mengurus pemakamannya, yang berhasil “mengamankan” catatan harian ilmiah itu.
B. Teori
Hegemoni
Gramsci menekankan kesadaran moral, dimana seseorang disadarkan lebih dulu akan
tujuan hegemoni itu. Setelah seseorang sadar, ia tidak akan merasa dihegemoni
lagi melainkan dengan sadar melakukan hal tersebut dengan suka rela. Jadi
terdapat dua jenis hegemoni, yang satu melalui dominasi atau penindasan, dan
yang lain melalui kesadaran moral. Hegemoni dengan dominasi atau penindasan
merupakan hegemoni konsep Marxis ortodoks, biasanya bernuansa negatif.
Sementara itu hegemoni menurut Gramsci, adalah hegemoni dengan kepemimpinan
intelektual dan moral, biasanya bernuansa positif.
Hegemoni
Gramsci memuat ide tentang usaha untuk mengadakan perubahan sosial secara
radikal dan revolusioner. Gagasan hegemoni Gramsci telah mengadung isu-isu
pokok dalam studi kultural, seperti tentang pluralisme, multikultural, dan
budaya marginal. Jadi hegemoni Gramsci menolak konsep-konsep yang mengedepankan
kebenaran mutlak, baik yang terkandung dalam Marxisme maupun non-Marxisme.
Agar
masyarakat tidak merasa dihegemoni, perlu adanya pengarahan konsep pemikiran
oleh suatu konsensus. Konsensus dapat dilaksanakan melalui lembaga sosial, atau
dapat juga konsensus dilaksanakan melalui penanaman ideologi. Menurut Gramsci,
ideologi tidak otomatis tersebar dalam masyarakat, melainkan harus melalui
lembaga-lembaga sosial tertentu yang menjadi pusatnya.
Kata
intelektual dalam hegemoni Gramsci dipahami sebagai suatu strata sosial yang
menyeluruh yang menjalankan suatu fungsi organisasional dalam pengertian yang
luas. Jadi intelektual bisa mencakup bidang kebudayaan atau administrasi
politik, mereka mencakup kelompok-kelompok misalnya dari pegawai yunior dalam
ketentaraan sampai dengan pegawai yang lebih tinggi. Dengan pengertian setiap
kelompok sosial dalam lapangan ekonomi menciptakan satu atau lebih strata
intelektual, akan memberikan homogenitas dan suatu kesadaran mengenai fungsinya
sendiri.
Seiring
dengan perkembangan teknologi, dominan budaya, politik dan ekonomi bisa
menguasai dari satuan yang besar hingga satuan yang kecil. Satuan besar yaitu
negara, satuan kecil hingga perorangan. Perlu disadari hegemoni sekarang bisa
dipahami sebagai dominansi dari budaya negara maju terhadap negara berkembang.
Jadi hegemoni tidak semata-mata dalam bentuk penindasan/penguasaan secara
fisik, tetapi bisa penguasaan secara wacana. Hegemoni wacana inilah yang
berbahaya, karena manusia tidak sadar bahwa dia telah dihegemoni.
C. Kritik
Perry
Anderson melakukan kritik pedas tentang teori hegemoni kultural dan intelektual
Gramsci, dengan mengatakan bahwa Gramsci terlalu mempermudah pemahaman tentang
ruang kebebasan publik (pers) dan kekuatan politik koersif dari negara dan
pemerintah terhadap pers.
PETER
L. BERGER
A. Biografi
Peter
Ludwig Berger lahir pada 17 Maret 1929 di Vienna, Austria dan dibesarkan di
Wina. Ayahnya George William Berger dan Ibunya Jelka Loew Berger adalah
Pebisnis. Berger menyelesaikan pendidikan dasar sampai menengahnya di Wina dan
kemudian beremigerasi ke Amerika Serikat tak lama setelah Perang Dunia II. Pada
1949 ia lulus dari Wagner College dengan gelar Bachelor of Arts. Ia melanjutkan
studinya di New School for Social Research di New York (M.A. pada 1950, Ph.D.
pada 1952). Di sini, Berger banyak belajar pada pemikir besar seperti: Alfred
Schutz, Carl Mayer dan juga A. Solomon. Di The New School for Social Research
ini pula Berger bertemu dengan temannya yaitu Thomas Luckman, dimana nantinya
mereka menulis bersama sebuah buku berjudul “The Social Construction of
Reality” yang terbit pada tahun 1966.
Tahun
1952, berger secara resmi menjadi warga Negara Amerika serikat. Pada 1955 dan
1956 ia bekerja di Evangelische Akademie di Bad Boll, Jerman. Dari 1956 hingga
1958 Berger menjadi profesor muda di Universitas North Carolina; dari 1958
hingga 1963 ia menjadi profesor madya di Seminari Teologi Hartford. Ia menikah
taggal 28 september 1959 dengan Brigitte Kellner dan memiliki 2 orang anak
yakni Thomas Ulrich dan Michael George Berger.
B. Teori
Pemikiran
Peter L. Berger terpengaruh oleh pemikiran Schutzian tentang fenomenologi,
Weberian tentang “makna-makna subyeyektif”, Durkheimian-Parsonian tentang
“struktur” Marxian tentang “dialektika” serta Mead tentang “interaksi
simbolik”. Dalam konteks itulah, Poloma menyimpulkan pembentukan realitas
secara sosial sebagai sintesis antara strukturalisme dan interaksionisme.
Pendapat
Peter L. Berger tentang teori konstruksi sosial adalah bahwa:
a. Realitas
merupakan hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuataan konstruksi sosial
terhadap dunai sosial di sekelilingnya
b. Hubungan
antara pemikiran manusia dan konteks sosial tempat pemikiran itu timbul,
bersifat berkembang dan dilembagakan
c. Kehidupan
masyarakat itu dikonstruksi secara terus menerus
d. Membedakan
antara realitas dengan pengetahuan. Realitas diartikan sebagai kualitas yang
terdapat di dalam kenyataan yang diakui sebagai memiliki keberadaan (being)
yang tidak bergantung kepada kehendak kita sendiri. Sementara pengetahuan
didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan
memiliki karakteristik yang spesifik.
C. Kritik
Pada
kenyatannya konstruksi sosial atas realitas berlangsung lamban, membutuhkan
waktu yang lama, bersifat spasial, dan berlangsung secara hierarkis-vertikal,
di mana konstruksi sosial berlangsung dari pimpinan ke bawahannya, pimpinan
kepada massanya, kyai kepada santrinya, guru kepada muridnya, orang tua kepada
anaknya, dan sebagainya.
Ketika
masyarakat semakin modern, teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas
Peter L. Berger dan Thomas Luckman ini memiliki kemandulan dan ketajaman atau
dengan kata lain mampu menjawab perubahan zaman, karena masyarakat
transisi-modern di Amerika Serikat telah habis dan berubah menjadi masyarakat
modern dan postmodern, dengan demikian hubungan-hubungan sosial antarindividu
dengan kelompoknya, pimpinan dengan kelompoknya, orang tua dengan anggota
keluarganya menjadi sekunder-rasional. Hubungan-hubungan sosial primer dan
semi-sekunder hampir tak ada lagi dalam kehidupan masyarakat modern dan
postmodern. Maka, teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L.
Berger dan Thomas Luckman menjadi tidak bermakna lagi.
DANIEL
BELL
A. Biografi
Lahir sebagai anak dari pasangan miskin pekerja pabrik garmen di
tepi Timur Manhattan, New York, tgl 10 Mei 1919, Daniel Bell adalah sosok yang,
berdasarkan pengakuannya sendiri, mungkin memang sudah ditakdirkan untuk
menjadi sosiolog. Di masa remaja ia hidup dalam kepapaan ekonomis ketika dunia
sedang menyaksikan sebuah era paling mencekam dengan naiknya Hitler. Ia sudah
bergelut dengan problem-problem sosial bahkan sejak masih muda belia. Tahun
1932, pada umur 13 tahun, misalnya, ia bergabung dengan Liga Pemuda Sosialis (Young People’s Socilist League), yang
secara luas dikenal sebagai Yipsel, divisi pemuda Partai Sosialis.
B. Teori
Menurut
Bell, konsep masyarakat post-industri dapat dipahami lewat lima dimensi atau
komponen. Dimensi pertama menyangkut sektor ekonomi yaitu dimana masyarakat
penghasil barang beralih menjadi penghasil barang. Hal ini dikarenakan industri
yang semakin maju, semakin besar prosentase angkatan kerja yang bergerak
meninggalkan sektor pertanian menuju ke sektor manufaktur ekonomi. Dimensi
kedua terjadi di lapangan pekerjaan yaitu terdapat perubahan dalam jenis kerja
seperti keunggulan kelas profesional dan teknis. Jenis pekerjaan yang menjadi
jantung pada masyarakat post industri antara lain adalah para ilmiawan,
insinyur, teknis. Dimensi ketiga ialah pemusatan pengetahuan teoritis sebagai
inovasi pembentuk kebijaksanaan bagi masyarakat. Di sini teoritis-abstrak lebih
unggul dari pengetahuan yang konkrit(penemuan) karena pengetahuan teoritis
dianggap penting sebagai sumber keputusan-keputusan kebijakan. Demensi
keempat ialah orientasi masa depan yang
mengendalikan teknologi. Dengan kata lain masyarakat post-industri bisa
berencana dan mengontrol pertumbuhan teknologi . dimensi kelima mencakup
pengambilan keputusan dan penciptaan teknologi intelektual baru. Dimensi ini
berhubungan dengan metode atau cara memperoleh pengetahuan.
Dalam
masyarakat post industri terjadi perubahan bentuk ekonomi yaitu dari barang ke
jasa. Karena masyarakat post industri bertumpu pada informasi, kaum profesional
semakin dibutuhkan. Hal tersebut disebabkan para kaum profesional tersebut
memiliki informasi yang diperlukan. Dalam hal ini, ramalan sosial bertugas
mengidentifikasikan beberapa rintangan terhadap perubahan arah masyarakat yang
berorientasi jasa tersebut. Salah satunya adalah rintangan produktivitas. Bell
menyatakan bahwa produktivitas dan output yang berupa barang tumbuh lebih
cepat daripada jasa-jasa. Dalam jasa
terdapat hubungan antara orang dengan orang daripada orang dengan mesin. Karena
ketergantungan tersebut merupakan ketergantungan terhadap orang yang
jasa-jasanya tetap harus dibayang maka biaya terus meningkat.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar