Kamis, 20 Oktober 2016

STRUKTUR SOSIAL MASAYARAKAT DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

STRUKTUR SOSIAL MASAYARAKAT DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


A.       Definisi Struktur Sosial

Didalam pembahasan Sosiologi seringkali kita mendengar istilah Stratifikasi Sosial. Beberapa para ahli telah mendefinisikannya, tetapi banyak pengertian yang sulit untuk difahami dan cenderung abstrak di kalangan orang-orang awam. Tetapi tidak sedikit para ahli pun banyak yang mengambil definisi dari para ahli terdahulu sebagai dasar definisi dari Struktur Sosial. Sebagian para ahli mendefinisikan Struktur Sosial dengan suatu lembaga sosial, pranata sosial, dan bangunan sosial. Namun definisi diatas pada dasarnya mengandung pengertian yang relatif sama. Jadi untuk memahaminya harus melihat definisi-definisi yang lainnya, agar bisa menjadi gambaran untuk pengertian Stratifikasi Sosial yang lebih dipahami lagi.
Struktur social adalah salah satu konsep yang paling banyak digunakan dalam sosiologi dan juga paling sukar untuk diberi definisi yang tepat. Pada umumnya konsep ini digunakan masyarakat, khususnya pola-pola prilaku atau hubungan social yan agak stabil dan langgeng. Struktur social dapat dilihat dan ditinjau dari segi status, peranan, nilai norma dan institusi social dalam system komunikasi. Adakalanya konsep ini digunakan sebagai istilah umum untuk merujuk kepada penyusunan unsur-unsur atau unit-unit dalam masyarakat.[1]
Menurut Soerjono Soekanto struktur sosial diartikan sebagai hubungan timbal balik antara posisi-posisi sosial dan peranan-peranan. Sedangkan E. R. Leach menetapkan konsep tersebut pada cita-cita tentang distribusi kekuasaan di antara orang-orang dan kelompok-kelompok[2]
Dari pendapat di atas dapat diartikan bahwa struktur sosial mencakup berbagai hubungan sosial antara individu-individu secara teratur pada waktu tertentu yang merupakan keadaan statis dari suatu sistem sosial. Jadi struktur sosial tidak hanya mengandung unsur kebudayaan belaka, melainkan sekaligus mencakup seluruh prinsip-prinsip hubungan-hubungan sosial yang bersifat tetap dan stabil.
Hubungan-hubungan sosial sebagaimana dimaksud di atas, berarti perangkat struktur sosial yang paling utama adalah status sosial. Sedangkan fungsi struktur adalah apabila peranan individu-individu yang tergabung dalam kehidupan masyarakat mampu memelihara kontinuitas apa-apa yang bersifat struktural.
Dalam Sosiologi, struktur sosial sering digunakan untuk menjelaskan tentang keteraturan sosial, yaitu menunjukan pada prinsip perilaku yang berulang-ulang dengan bentuk  dan cara yang sama. Interaksi dalam sistem sosial dikonsepkan secara lebih terperinci dengan menjabarkan tentang manusia yang menempati posisi-posisi dan melaksanakan peranannya (dalam Sosiologi disebut sebagai pendekatan struktural-fungsional). Sedangkan Person memandang struktur sosial sebagai aspek yang relatif lebih statis daripada aspek fungsional dalam suatu sistem sosial. Jadi kesimpulannya struktur sosial adalah suatu tatanan sosial teratur yangmengandung relasi-relasi sosial antara status dan peranan yang ada dalam masyarakat.

B.     Pengaruh Struktur Sosial masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Adanya kelompok-kelompok sosial&kelas-kelas sosial menimbulkan pengaruh yang berbeda terhadap kehidupan dimasyarakat.Pengaruh tersebut berupa gaya hidup yang mencerminkan ciri khas orang-orang yang menjadi anggota kelompok/kelas sosial tertentu.Status sosial juga berpengaruh terhadap perilaku seseoarang nilai sosial bahkan gaya hidupnya.Setiap kelompok sosial maupun kelas sosial seolah-olah mengembangkan gaya hidup(life style) tertentu bersifat eksklusif. Gaya berbusana, perlengkapan rumah tangga, cara berbahasa, jenis hiburan, makanan dan minuman yang dikonsumsi, pilihan jenis bacaan, selera seni dan musik, serta bentuk permainan dan kegiatan olah raga yang diikuti. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang sering menggunakan simbol atau status brupa cara menyapa,ragam bahasa,gaya berbicara,pola-pola komunikasi nonverbal (bahasa isyarat), pengunaan gelar, tipe dan letak tempat tinggal,dan kegiatan rekreasi. Gaya hidup lain juga menaikkan status sosial seperti membeli barang yang bermerek terkenal tapi tiruan, biasanya gaya hidup ini sering dilakukan oleh kalangan kelas bawah.
Macam – Macam Pengaruh Struktur Social, yaitu :
a.       Pengaruh terhadap gaya berbusana.
Melihat perbedaan penampilan kelompok wanita dan kelompok pria suatu contoh paling mudah yaitu mengetahui terhadap gaya berbusana yang diperlihatkan oleh kelompok tersebut.Setiap masyarakat mengembangkan model-model busana yang khas untuk kaum wanita dan pria. Gaya berbusana juga dipengaruhi oleh kelas sosial seseorang misalnya orang kaya dan orang miskin,tentu saja perbedaan gaya da model busananya berbeda.Perbedaan tersebut berkaitan dengan kemampuan ekonomi masing-masing.Tentu saja gaya dan model berbusana seperti ini tidak akan terjangkau oleh orang-orang dari kelas sosial menengah atau kelas bawah.
b.      Pengaruh terhadap perlengkapan rumah tangga
Orang-orang kota berasal dari daerah atau suku tertentu biasanya menggunakan benda-benda pusaka untuk dijadikan penghias ruang tamu.Misalnya orang jawa memasang beberapa tokoh wayang kulit idolanya atau keris.Orang papua menggunakan senjata tradisional untuk menghias tamu.Orang kalimantan menghias kain tenun.Perbedaan latar belakang etnik sangat dipengaruhi terhadap bentuk dan model bangunan masing-masing.Walaupun arsitektur modern telah berkembang begitu jauh,namun ciri-ciri bangunan tradisional masih sering dijadikan acuan membangun rumah. Semua itu menandakan adanya pengaruh diferensiasi sosial terhadap perlengkapan rumah tangga.
c.       Pengaruh terhadap apresiasi seni dan selera hiburan.
Pengaruh deferensiasi dan statifikasi sosial terhadap hiburan,Masyarakat kelas cenderung lebih memilih jenis hiburan yang relatif mahal ,misal melihat konser-konser musik,melihat pertanding langsung.Hal ini membedakan masyarakat menengah /kelas bawah yang lebih memilih jenis hiburan tanpa banyak mengeluarkan biaya,misal melihat hiburan yang ditayangkan di TV.
d.      Pengaruh terhadap selera makanan dan minuman
Pengaruh statifikasi sosial terhadap selara makanan dan minuman lebih banyak dipengaruhi tingkat sosial ekonomi dan keluasan pengalaman serta pergaulan mereka.Warga masyarakat kelas atas biasanya terdiri dari orang kaya yang memperoleh pengalaman dan pergaulan dari berbagai kalangan didalam maupun diluar negeri.Semua itu merupakan proses sosialisasi atau pengenalan terhadap berbagai pengaruh luar yang lebih luas. Oleh karena itu ,tidak aneh jika orang-orang kelas atas menyukai makanan dan minuman yang berasal dari luar negeri.Hidangan yang kadang terdengar aneh dikalangan kelas mengah dan kelas bawah seperti hotdog,hamburger,lasagna,dll. Orang kelas bawah biasanya menyukai makanan seprti pacel lele,nasi uduk,ketoprak,dll.Ini semua menunjukkan adanya pengaruh deferensiasi dan statifikasi sosial terhadap selara makanan dan minuman.
e.       Pengaruh terhadap bacaan
Tidak mudah untuk menjelaskan akibat Pengaruh deferensiasi dan statifikasi sosial diIndonesia.Hal ini karena masyarakat kita tergolong tidak suka membaca seperti negara-negara yang sudah maju.Orang-orang berpendidikan tinggi tentu lebih suka berita-berita perkembangan ilmu pengetahuan,penemuan-penemuan baru,atau berita-berita nasional maupun internasional sedangkan orang awam lebih suka berita hiburan ,gosip dunia selebriti,atau hal-hal lainnya.Siaran TV pun juga dipengaruhi orang berdasarkan kelasnya seperti siaran berita kurang diminati oleh orang yang kurang berpendidikan,sebaliknya acara itu digemari oleh orang yang berpendidikan tinggi untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
f.       Pengaruh terhadap kegiatan rekreasi
Pada umumnya para pelajar mengisi liburan dengan mengunjungi tempat-tempat rekreasi sesuai kesukaan dan kemampuannya.Siswa berasal dari desa cukup puas bila berlibur dengan mengunjungi objek-objek wisata dikota besar seperti kebun binatang,taman hiburan rakyat,museum dll.Sementara orang kota besar akan memilih liburan dibali,lombok,dll.Lebih-lebih yang berasal dari keluarga kaya tentu berlibur ke luar neg eri bersama orang tuanya.[3]


C.     Ciri-ciri Struktur Sosial

1.      Struktur sosial mengacu pada hubungan-hubungan sosial yang pokok yang dapat memberikan bentuk dasar pada masyarakat ; memberikan batasan-batasan pada aksi-aksi yang dilakukan secara organisator. Konsep struktur sosial diterapkan pada setiap totalitas, seperti lembaga-lembaga, kelompok dan proses sosial. Struktur sosial disatu pihak dapat berupa hubungan-hubungan sosial antar anggota kelompok masyarakat, dipihak lain struktur sosial merupakan ketetapan daripada cita-cita tentang distribusi kekuasaan di antara anggota-anggota masyarakat tertentu.
2.      Struktur sosial mencakup semua hubungan sosial antara individu-individu pada saat tertentu.
3.      Struktur sosial merupakan seluruh kebudayaan masyarakat yang dapat dilihat dari sudut pandang teoretis. Artinya dalam setiap meneliti tentang kebudayaan selayaknya diarahkan pada pemikiran terhadap pelbagai derajat dari susunan sosialnya. Dengan demikian struktur sosial dapat dipandang sebagai suatu kenyataan empiris yang ada pada setiap saat terjadi hubungan sosial antar manusia.
4.      Struktur sosial merupakan realitas sosial yang bersifat statis, sehingga dapat dilihat kerangka tatanan dari berbagai bagian tubuhnya yang berbentuk struktur. Jadi struktur sosial adalah aspek statis dari suatu proses atau fungsionalisasi dari sistem sosial.
5.      Struktur merupakan tahapan perubahan dan perkembangan masyarakat yang mengandung dua pengertian, yaitu pertama; di dalam struktur sosial terdapat peranan yang bersifat empiris dalam proses perubahan dan perkembangan. Kedua; dalam setiap perubahan dan perkembangan tersebut terdapat tahap perhentian stabilitas, keteraturan dan integrasi sosial yang berkesinambungan sebelum kemudian terancam proses ketidakpuasan dalam tubuh masyarakat.[4]

Ada tiga bentuk masyarakat berdasarkan cirri-ciri struktur social. Diantaranya yaitu :
a.       Masyarakat sederhana
Cirri struktur social dan budaya pada masyarakat sederhana adalah :
1.      Ikatan keluarga dan masyarakatnya sangat kuat.
2.      Organisasi social berdasarkan tradisi turun temurun
3.      Memiliki kepercayaan yang kuat terhadap kekuatan gaib.
4.      Tidak memiliki lembaga-lembaga khusus
5.      Kegiatan ekonomi dan social dilakukan dengan gotong royong.
b.      Masyarakat Madya
Ciri-ciri struktur social dan budaya pada masyarakat madya yaitu :
1.      Ikatan keluarga masih kuat tetapi hubungan dengan masyarakat setempat mulai kendor.
2.      Adat istiadat masih dihormati tetapi mulai terbuka dengan budaya luar.
3.      Timbulnya lembaga-lembaga pendidikan formal sampai tingkat lanjutan.
4.      Hukum tertulis mulai mendampingi hukum tidak tertulis.
5.      Gotong royong dilakukan hanya untuk kalangan tetangga dekat dan kerabat, sedangkan kegiatan ekonomi dilakukan atas dasar uang.
c.       Masyarakat Modern
Cirri-cirinya :
1.      Hubungan social didasarkan atas kepentingan pribadi.
2.      Tingkat pendidikan formal tinggi
3.      Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis.
4.      Kegiatan ekonomi hamper seluruhnya ekonomi pasar yang didasarkan atas pengguanaan uang dan alat pembayaran lain.
Dari beberapa ciri struktur sosial sebagaimana dikemukakan diatas bahwa stratifikasi sosial adalah suatu tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang merupakan jaringan daripada unsur-unsur sosial yang pokok. Adapun unsur-unsur struktur sosial menurut Soerjono Soekanto yaitu :
1.      Kelompok social
2.      Kebudayaan
3.      Lembaga social (Institusi Sosial)
4.      Pelapisan social (Stratifikasi sosial)
5.      Kekuasaan dan wewenang[5]


D.     Fungsi struktur social

Dalam buku Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial, dijelaskan bahwa dalam struktur social banyak dijumpai berbagai aspek prilaku social. Prilaku social menunjukan adanya suatu gejala yang tetap pada kehidupan masyarakat setelah melalui tahapan perubahan-perubahan tertentu. Dengan struktur social maka secara psikologis anggota masyarakat merasa ada batas-batas tertentu dalam setiap melakukan aktivitasnya. Individu senantiasa menyesuaikan diri dengan ketertiban dan keteraturan masyarakat yang ada. Dalam keadaan demikian norma-norma dan nilai-nilai kemasyarakatan dapat berfungsi sebagai pembatas dalam berprilaku agar tidak melanggar hak dari anggota masyarakat yang lain. Selanjutnya dikatakan bahwa pengawasan dimaksudkan sebagai tujuan untuk mendisiplinkan para anggota kelompok dan menghindarkan adanya penyelewengan-penyelewengan dari norma-norma kelompok.

1.      Fungsi Identitas
Struktur sosial berfungsi sebagai penegas identitas yang dimiliki oleh sebuah kelompok. Kelompok yang anggotanya memiliki kesamaan dalam latar belakang ras, sosial, dan budaya akan mengembangkan struktur sosialnya sendiri sebagai pembeda dari kelompok lainnya.
2.      Fungsi Kontrol
Dalam kehidupan bermasyarakat, selalu muncul kecenderungan dalam diri individu untuk melanggar norma, nilai, atau peraturan lain yang berlaku dalam masyarakat. Bila individu tadi mengingat peranan dan status yang dimilikinya dalam struktur sosial, kemungkinan individu tersebut akan mengurungkan niatnya melanggar aturan. Pelanggaran aturan akan berpotensi menibulkan konsekuensi yang pahit.
3.      Fungsi Pembelajaran
Individu belajar dari struktur sosial yang ada dalam masyarakatnya. Hal ini dimungkinkan mengingat masyarakat merupakan salah satu tempat berinteraksi. Banyak hal yang bisa dipelajari dari sebuah struktur sosial masyarakat, mulai dari sikap, kebiasaan, kepercayaan dan kedisplinan.










Daftar pustaka


Abdulsyani, Sosiologi Skematika Teori dan Terapan, Bumi Aksara, Jakarta 2012
Nasikun, Sistem Sosial Indonesia, Rajawali pers, Jakarta 2012
Poloma Margaret,Sosiologi Kontemporer, Raja Grapindo, November 1998
Taufiq Rahman M, Glosari Teori social, Ibnu Sina Press Bandung 2011
Wulansari dewi, Sosiologi konsep dan Teori, Refika aditama Bandung 2009

















[1] M. Taufik Rahman Ph.D Glosari Teori social hal 120
[2] Abdulsyani,Sosiologi Skematika Teori dan Terapan hal 67
[3] Margaret Poloma, Sosiologi Kontemporer, hal 100
[4] Abdulsyani, Sosiologi Skematika Teori dan Terapan hal 68
[5] Dewi Wulansari, Sosiologi konsep dan Teori, hal 43

Tidak ada komentar: