KATA
PENGANTAR
Segala
puji dan syukur bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam, atas segala
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga kami selaku penyusun dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Bagian-bagian
Epistemologi”.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah limpah kepada Nabi
Muhammad SAW. beserta keluarganya dan para sahabatnya serta
pengikutnya sampai akhir zaman.
Makalah
tentang Bagian-bagian
Epistemologi
ini, dimaksudkan untuk menjadi salah satu bahan bacaan dan memenuhi
salah satu tugas pada mata kuliah Pengantar
Filsafat.
Dalam
penulisan makalah ini penyusun
menyadari masih jauh
dari kata sempurna. Atas segala kekurangan dan kesalahan,
kiranya para pembaca berkenan untuk menyampaikan saran dan kritik.
Terima kasih.
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
A.
LOGIKA
B.
PENGETAHUA
C.
ILMU
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Dalam
Filsafat Ilmu terdapat tiga landasan ilmu yakni Ontologi,
Epistemologi, Aksiologi. Ketiga landasan ilmu tersebut merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Pasalnya
banyak hal yang masih menjadi kerau-raguan di diri seseorang.
Sehingga orang mulai bertanya-tanya dan mengharapkan jawaban yang
benar. Tapi bagimankah cara mengetahui jawaban yang benar itu?
Berbagai
cara telah dilakukan pada masa yunani kuno dalam rangka memperoleh
ilmu dan kebenarannya. Mulai dari perenungan, pengalaman, eksperimen
dan sebagainya.semua itu dilakukan hanya untuk mencari kepuasan
terhadap gejala yang tampak. Sehingga pada akhirnya Filsafat berhasil
mebawa peradaban manusia pada kemajuan.
Pada
epistemologi lebih memfokuskan pada permasalahan cara mendapatkan
ilmu. Sedangkan pada hakekat ilmu dan kegunaanya masuk dalam landasan
Ontologi dan aksiologi. Oleh sebab itu makalah ini berusaha untuk
menjabarkan secara rinci tetntang Epistemologi.
Makalah
ini bertujuan untuk menjelaskan secara rinci Bagian-bagian
Epistemologi. Sebab Epitemologi tidak kalah pentingnya dengan kedua
landasan lainnya. Sehingga diharapkan setiap orang bisa menghilangkan
keragu-raguan dalam menjawab suatu fenomena.
PEMBAHASAN
Epistemologi
mempunyai 3 bagian yaitu :
A. LOGIKA
Logika
merupakan sub-bagian dalam studi Epistemologi. Dalam mempelajari
Epistemologi tidak boleh mengabaikan logika, karena dasar pertanyaan
dari Epistemologi ialah “bagaimana”. Logika disini berperan dalam
menjawab sebuah gejala secara rasio atau nalar dengan membuat
formalisasi.
Contohnya.
Hukum
logika merupakan dasar teori yang sudah diketahui selama ribuan
tahun. Bila implikasi B (disebut consequens
juga)
dari hipotesis B (disebut antecendens
juga)
maka belum tentu bahwa A (yang lebih umum dari pada B) itu benar,
tetapi bila hanya satu kali saja implikasi A tidak terjadi, maka A
telah dibuktikan salah.
Menurut
Karl Raimund Popper, semua
hukum itu alam, malahan segala teori ilmu alam pun, tidak pernah
dapat mencapai lain kedudukan dari hipotesis, yaitu percobaan saja
dan selama usaha agar hipotesis-hipotesis yang bersangkutan
dibuktikan salah dapat terjadi, selama itu pula ilmu alam berkembang
dan disempurnakan.Popper
berpendapat demikian karena, suatu hipotesis bila terbukti salah,
maka harus ditinggalkan dan diganti dengan hipotesis yang baru. Kedua
jika salah satu usur hipotesis ternyata dibuktikan salah, maka unsur
tersebut ditinggalkan dengan mempertahankan inti hipotesis untuk
disempurnakan. Terakhir sebuah hipotesis masih bertahan sebelum dapat
dibuktikan salah.
B. PENGETAHUAN
Banyak
pihak yang menyatakan bahwa hanya jenis pengetahuan tertentu yang
benar-benar layak disebut pengetahuan. Hal yang demikian dilakukan
Bertrand Russel ketika mengkhususkan kata ini hanya untuk pengetahuan
sains, sedangkan yang lain dianggap mendekati ilmiah.
Meskipun
pernyataan Russel ini terdengar masuk akal, namun bertentangan dengan
maksud Epistemologis, sebab Russel mengambil keputusan dengan
meyakini keunggulan sains diatas pengetahuan yang lain. Sebaliknya,
filsafat pengetahuan adalah keterbukan macam-macam makna
“pengetahuan”. Membuka setiap kemungkinan serta setiap cara-cara
memperoleh pengetahuan disebut “pengetahuan”.
Setidaknya
segala peradaban di dunia ini ada karena pengetahuan, baik itu
pengetahuan tentang alam, atau pun perenungan. Para filsuf terdahulu
megawali filsafat melalui perenungan untuk mencari hakikat kebenaran,
di masa itu kebenaran masih bersifat relatif (individu). Banyak cara
dalam memperoleh pengetahuan, baik dengan pemikiran Rasionalisme,
Empirisme, Strukturalisme, dan lain-lain. Selain bentuk pemikiran,
terdapat pula pola dalam menjelaskan hasil berpikir sesuai gejala
yang timbul.
-
Kebenaran Pengetahuan
Ada
beberapa teori yang menjelaskan tentang kebenaran (Surajiyo, 2005)
antara lain sebagai berikut :
-
The correspondence theory of truth (Teori Kebenaran Saling Berkesesuian). Berdasarkan teori pengetahuan Aristoteles yang menyatakan bahwa kebenaran itu berupa kesesuaian antara arti yang dimaksud dengan faktanya.
-
The Semantic Theory of Truth (Teori Kebenaran berdasarkan Arti). Berdasarkan Teori Kebenaran Semantiknya Bertrand Russell, bahwa kebenaran (proposisi) itu ditinjau dari segi arti atau maknanya.
-
The consistence theory of truth (Teori Kebenaran berdasarkan Konsisten). Menurut teori ini, suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
-
The pragmatic theory of truth (Teori Kebenaran berdasarkan Pragmatik). Yang dimaksud dengan teori ini ialah bahwa benar tidaknya sesuatu ucapan, dalil, atau teori semata-mata tergantung kepada faedahnya bagi manusia dalam kehidupannya.
-
The Coherence Theory of Truth(Teori Kebenaran berdasarkan Koheren) Berdasarkan teori Koherennya Kattsoff (1986) dalam bukunya Element of Philosophy, bahwa suatu proposisi itu benar, apabila berhubungan dengan ide-ide dari proposisi terdahulu yang benar.
-
The Logical Superfluity of Truth (Teori Kebenaran Logis yang berlebihan). Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Ayer, bahwa problema kebenaran hanya merupakan kekacauan bahasa saja dan berakibatkan suatu pemborosan, karena pada dasarnya apa yang hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat logis yang sama dan masing-masing saling melingkupi.
-
Teori Skeptivisme, suatu kebenaran dicari ilmiah dan tidak ada kebenaran yang lengkap.
-
Teori Kebenaran Nondeskripsi. Teori yang dikembangkan oleh penganut filsafat fungsionalisme, yang menyatakan bahwa suatu pernyataan mempunyai nilai benar tergantung pada peran dan fungsi dari pada pernyataan itu.
Kebenaran
dapat dibuktikan secara : Radikal (Individu), Rasional (Obyektif),
Sistematik (Ilmiah), dan Semesta (Universal). Andi Hakim Nasution
dalam bukunya Pengantar ke Filsafat Sains, bahwa kebenaran mempunyai
tiga tingkatan, yaitu haq al-yaqin, ‘ain al-yaqin, dan ‘ilm
al-yaqin. Adapun kebenaran menurut Anshari mempunyai empat tingkatan,
yaitu:
1)
Kebenaran wahyu,
2)
Kebenaran spekulatif filsafat,
3)
Kebenaran positif ilmu pengetahuan,
4)
Kebenaran pengetahuan biasa.
Pengetahuan
yang dibawa wahyu diyakini bersifat absolut dan mutlak benar, sedang
pengetahuan yang diperoleh melalui akal bersifat relatif, mungkin
benar dan mungkin salah.
-
Terjadinya Pengetahuan
Menurut
Made Pidarta (1997:77) ada lima sumber pengetahuan:
1)
Otoritas, yang terdapat dalam enseklopedi, buku teks yang baik,
rumus, dan tabel;
2)
Common sense, yang ada pada adat dan tradisi;
3)
Intuisi yang berkaitan dengan perasaan ;
4)
Pikiran untuk menyimpulkan hasil pengalaman;
5)
Pengalaman yang terkontrol untuk mendapatkan pengetahuan secara
ilmiah.
Menurut
John Hospers dalam bukunya An Introduction to Philosophical Analysis
(Abbas Hamami, 1982 ) mengemukakan ada enam alat untuk memperoleh
pengetahuan, yaitu :
1.
Pengalaman Indra ( sense experience)
2. Nalar ( reason )
3. Otoritas ( authority )
4. Intuisi ( Intuition )
5. Wahyu (revelation )
6. Keyakinan ( faith )
2. Nalar ( reason )
3. Otoritas ( authority )
4. Intuisi ( Intuition )
5. Wahyu (revelation )
6. Keyakinan ( faith )
-
Macam-Macam Pengetahuan
Macam-macam
pengetahuan menurut Imanuel Kant ialah :
-
Pengetahuan Analitis; predikat sudah termuat dalam subyek. Predikat diketahui melalui suatu analisis obyek. Misalnya, lingkaran itu bulat.
-
Pengetahuan Sintetis Aposteriori; predikat dihubungkan dengan subyek berdasarkan pengalaman indrawi.
-
Pengetahuan Sintetis Apriori: Akal budi dan pengalaman indrawi dibutuhkan serentak. Ilmu pesawat, ilmu pasti bersifat sintetis apriori. (Surajiyo, 2005)
C. ILMU
Dalam
ilmu, orang berusaha mematangkan pengetahuan dengan memenuhi tolak
ukur yang sesuai. Hal ini merupak sebuah cara dalam merumuskan tujuan
penyelidikan ilmiah. Dalam memperoleh ilmu hendaknya tahu terlebih
dari dahulu. Hal ini dikarenakan ilmu muncul akibat keragu-raguan
yang dipikir secara reflektif. Pemikiran secara reflektif ini disebut
pengetahuan yang dapat berubah menjadi ilmu jika dilakukan
penyelidikan atau pembuktian secara ilmiah. Contohnya dalam tata
surya, orang terdahulu menganggap matahari mengelilingi bumi,
pernyataan seperti ini disebut pengetahuan yang didasarkan pada
pengalaman. Pernyataan diatas masih memdapatkan pertimbangan karena
belum terbukti secara ilmiah, ketika kenyataannya berbeda dan dapat
dibuktikan secara ilmiah bisa disebut sebagai pengetahuan dan ilmu.
Dalam studi ilmiah disebut Ilmu Astronomi.
Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah merupakan sekumpulan
pegetahuan yang disusun secara konsisten serta teruji kebenarannya
secara empiris dalam menjelaskan berbagai gejala alam yang
memungkinkan manusia untuk melakukan tindakan dalam menguasai gejala
tersebut sesuai penjelasan yang ada.
Dengan
definisi demikian, maka akan timbul pertanyaan? Apakah pengetahuan
yang teruji secara ilmiah namun tidak bisa dijadikan sebuah ketetapan
dapat dikatakan ilmu? Ilmu menurut pengertian secara umum ialah semua
pengetahuan yang dapat diuji kebenarannya serta pasti. Bagaimana
dengan sejarah? Apakah itu termasuk dalam golongan ilmu atau
humaniora? Hal seperti sejarah sulit sekali dicari kebenarannya,
sebab penggunaan data sejarah sering kali merupakan penuturan orang,
bisa saja orang itu berbohong.
-
Klasifikasi Ilmu
Menurut
Cristian Wolff, klasifikasi ilmu pengetahuan ialah :
-
Ilmu pengetahuan empiris :
-
Kosmologi empiris
-
Psikologi empiris
-
Matematika
-
Murni : aritmatika, geometri aljabar
-
Campuran : mekanika, dll.
-
Filsafat:
-
Spekulatif (metafisika)
a. Umum :ontologi
b. Khusus: psiokologi, kosmologi, theologi -
Praktis:
a. Intelek-logika
b. Kehendak : ekonomi, etika, politik
c. pekerjaan fisik : teknik.
-
Tahap-Tahap Perkembangan Ilmu
Dalam
perkembangnnya, ilmu dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu :
-
Tahap Sistematika.
Pada
tahap ini, ilmu menggolongkan obyek empiris ke dalam kategori-
kategori tertentuuntuk menemukan ciri-ciri yang bersifat umum yang
merupakan pengetahuan bagi manusia dalam mengenal dunia fisik.
-
Tahap Komparatif.
Pada
tahap ini manusia mulai membandingkan antara kategori yang satu
dengan kategori yang lain.
-
Tahap Kuantitatif
Pada
tahap ini manusia mencari hubungan sebab akibat, tidak lagi
berdasarkan perbandingan melainkan berdasarkan pengukuran yang eksak
dari obyek yang sedang disediki.
-
Karakteristik Ilmu
Menurut
Surajiyo alam bukunya Ilmu Filsafat suatu Pengantar (2005),
karakteristik pengetahuan dalam 5 bagian, adalah:
-
Empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan.
-
Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.
-
Obyektif, ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan pribadi.
-
Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya ke dalam bagian-bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan dan peranan dari bagian-bagian itu.
-
Verifikatif, pengetahuan dapat diperiksa kebenarannya oleh siapapun.
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagai
sebuah landasan ilmu, Epistemologi berperan dalam munculnya
pengetahuan-pengetahuan yang selanjutnya dilakukan eksperimen untuk
di spesifikasikan mana yang masuk kategori ilmu.
Epistemologi
tidak dapat berdiri sendiri tanpa logika, sebab alat pertama dalam
menjawab suatu gejala adalah logika. Pertama logika bersifat
kemungkinan, kedua bersifat peluang, sedangkan pembuktiannya
menggunakan eksperimen.
DAFTAR
PUSTAKA
Hadi,
Hardono, Epistemologi
Filasafat Pengetahuan,
Yogyakarta:
Kanisius,
1994
Dirdjosisworo,
Soedjono, Pengantar
Epistemologi dan Logika, Bandung:
Remaja
Karya, 1985
Suriasumantri,
Jujun S, Filsafat
Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta:
Pustaka
Sinar Harapan, 1987
Peursen,
Van dan Berling K.M, Pengantar
Filsafat Ilmu,
alih bahasa
Soedjono
Soemargono,cet IV,Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1997
Sudarminta,
Filsafat
Proses,
Yogyakarta: Kanisius, 1991
Tidak ada komentar:
Posting Komentar