Judul :Psikologi Beragama; Menjadikan Hidup Lebih Ramah dan Santun
Penulis :Komaruddin Hidayat
Penerbit : Hikmah (PT Mizan Publika)
Cetakan : II, November 2010
Tebal : vii + 252 halaman
ISBN : 978-602-8767-19-4
Pendahuluan
Beragam
Ekspresi Beragama
Suka
atau tidak suka, setuju atu tidak setuju di muka bumi terdapat beragm bahasa,
budaya dan agama yang ketiganya yang tidak dapat dipisahkan dalam
keterkaitannya. Keragaman budaya dan bahasa inilah yang membuat menjadi menarik
sepeti pelangi yang terdiri dari warna yang berbeda namun memiliki keindahan.
Namun bnayk juga ynag merasa gelisah atau khawatir akan agama yang diyakininya
tersaingi oleh agama yang diyakini orang lain yang berbeda, tidak rela jika
disurga itu terdapat pemeluk agama ynag berbeda. Namun, adapula yang
berpandangan entah serius atau hanya canda, kalu di alam semesta Tuhan
menciptakan miliaran planet, mungkin saja Tuhan menyediakna beragam surga
sesuai dengan agama dan keshalehannya ketika didunia. Jadi tak usah kahawatir
tidak akan kebagian surga.
Tidak
mungkin mengenal agama tanpa wadah serta pengaruh bahasa dan budaya. ada agama
yang turun dari langit (samawi) , namun ketika turun kebumi, agam meski rela
membuka diri dan bergaul dan tumbuh bersama budaya. Contoh, ketika Al-Qur’an
datang dari Alllah Yang Maha Ghaib berada diluar dan rentang sejarah dan
budaya, ketika Al-qur’an menyebar sampai ke Nusantara kemudian terjadi
penerjamahan sesuai dengan bahasa yang digunakan di Nusantara.
Ketika
berlangsung proses penerjemahan ke dalam bahasa Indonesia atau bahsa daerah,
maka sanagat mungkin terjadi penyempitan makana karena mengingat karakter
bahasa Arab yang digunakan untuk mewadai Al-Qur’an jauh lebih banyak struktur,
jumlah kata dan maknanya. Perbedaan medium bahasa juga memungkinkan perbedaan
ekspresi atau makna.
Betapa
beragam pengalaman, pemaknaan, dan ekspresi keagamaan di muka bumi ini
mengingat banyaknya keyakinan dan kepercayaan yang semuanya memiliki pengikut
setia. Uniknya, agama mesti disertai dengan pembelaan emosional ketika agamanya
dikritik atau dibandingkan.
Sebuah
keyakinan agama didalamnya terdapat sekian nilai, kepecayaan, dan aturan
normatif baik berfikir maupun bertindak. Sesuai dengan norma agama, karena keyakinan
beragama senantiasa menberikan spirit pada kehidupan.
Ada
beberapa pendekatan untuk mengkaji ajaran agam dan ekspresi keagamaan. Secara
sederhana, aspek fundamental dari agama meliputi enamh hal : doktrin ketuhanan,
Rasul Tuhan sebagai pembawanya, kitab suci, tatacara ritual, etika sosial dan
keyakinan kehidupan setelah mati.
Memperkuat
Dimensi Etika
Konflik
yang sering terjadi antarumat beragama bisa dikurangi dengan memperkuat
etika-etika dari tiap ajaran agama untuk membangun peradaban bersama, mengingat
setiap agam mengajarkan etika sosial kemanusiaan, sesungguhnya kerukunan dapat
dibangun dari dimensi ini. Jika dimensi etika semakin ditonjolkan, pastiwajah
agama akan semakin simpatik, ramah, dan liberatif sehingga orang merasa nyaman
dan bangga memasuki komunitas agama.
Islam
tidak mengenal pemisahan secara eksterm antara agama dan wilayah non agama.
Ingatan sejarah yang begitu kuat bahwa Islam mencakup segala-galanya . lalu
semua hendak di Ilamkan, minimal labelnya, misalnya ekonomi Islam, Front
Pembela Islam (FPI) dll.
Islam
dalam kehidupan sosila maupun politis jangan dipandang sebagai doktin teologis
akan tetapi substansial, yaitu penegakan etika keluarga dan sosial. Yang petama
sering disebut denga pendekatan struktural dan yang kedua dianggap sebagai
landasa kultural.
Agama
dan Entitas
Secara
makro dunia terbagi kedalam berbagi kelompok esar agama dan etnik maupun
bangsa. Orang barat asosiasi agamanya
adalah Kristen. Di india sebagai Hindu di Cina konghuchu dan di timur tengah
Islam, di Filifina umumnya beragama katolik sehingga bargi wara Mindanao yang
beragama Islam merasa setengah hati sebagai warga negara Filipina.
Hubungan
etnis dan agama telah melekat kuat sehingga orang barat bangga mengaku Kristen
padahal mereka tidak prnah ke gereja dan orang Turki bangga mengaku muslim walau
tidak mendirikan sahalat.
Pada
wilyah individu, orang Jawa bnayak menganut agama Kisten dan Katolik meski
elemen tradisi jawa dan Islam juga masih dihargai. Kenyataan ini menunnjukan
agama dan budaya sulit dipisahkan.
Mazahab-mazhab dalan
Agama
Hampir
semua agama terdapat mazahab, yaitu sebuah pemahaman rasional berdasarkan kitab
suci yang pada mulanya muncul untuk menjawab problema baru yang dihadapi
umatnya.
Mazhab muncul ketika sebuah Agama berkembang keluar dari wilayah
kelahirannya dan pendirinya yang memiliki otoritas tertinggi dan tak
terbantahkan telah meninggal. Ketika menghadapi persoalan baru yang belum ada
sebelumnya, diperlukan jawaban baru yang harus dipecahkan berdasarkan nalar dan
dengan mempertimbangkan kondisi lokal. Maka munculah Ijtihad yang pada
urutannya melembaga menjadi sebuah mazhab. Dalam Islam mazhab ini terjadi di
semua cabang keislaman. Hanya saja yang lebih populer yaitu dalam Fikih karena
menyangkut ritual harian yang wajib dilakukan terutama Shalat.
Semakin maju pendidikan masyarakat dan pergaulan lintas bangsa maka akan
sering juga terjadi pertemuan lintas mazhab. Hal ini membuat masyarakat semkin
inklusif, terbuka, dan tidak fanatik pada satu mazhab saja.
Kecendrungan
Metahistoris
Pada dimensi pendiinya, setiap agama, tumbuh dan berkembng pada realitas
historis. Pendirinya pun betul-betul sosok historis. Dari semuaa pendiri agama
hanya sosok Muhammad SAW yang betul-betul tidak mengandung misteri. Semuanya
jelas tercatat dalam sejarah dari lahir sampai wafatnya.
Ucapan
dan prilaku Muhammad tercatat dalam kitab hadits yang berjilid-jilid jumlahnya
baik yang autentik atau pun palsu. Hadis dibedakan dengan Al-Qur’an dari sisi
ini maka data historis ajara Islam paling kaya dan utuh.
GAPURA AGAMA
Beragama dengan Nyaman
Ada
tiga kisah yang pertama kisah Nelson Mandela yang dipenjara selama 27 tahun
dengan hukuman di sel yang begitu sempit, bau, tak ada meja dan kursi dan
makanan yang sering disajikan basi, dan Nelson menjadi presiden Afrika Selatan
dan begitu dikagumi di dunia dan aia tidak merasa dendam dan geram terhadap
musuh politiknya di masa lalu. “Kalau aku biarkan dan kupelihara terus
kesalahan dan kebencianku kepada para penindas itu, mereka yang pernah
menyanderaku selam 27 tahun itu akan terus menyandera diri dan jiwaku.
Carita
yang kedua tentang seseorang bertanya kepada Kyai kampung tentang mengapa
sesama muslim banyak yang saling mencemooh dan saling mengkafirkan dan
mencemooh muslim lain yang berbeda pendapat? Lalu Kyai kampung itu menjawab
“saya kurang tahu dalil apa yang dipakai. Kalau seseorang telah menerima rukun
iman dan rukun Islam, maka tidak berhak kita menuduhnya kafir. Jdi saya tidak
bisa jawab mengapa kita mesti mengkafirkan sesama muslim.”
Cerita
yang ketiga, riwaya tentang ketika Abu Bakar sedang Berjalan bersaa Rasulullah.
Di tengah jalan, Abu Bakar tiba-tiba dicaci maki. Abu Bakar merasa tidak kenal
dan tidak bersalahsehingga ia diam dan tersenyum, dan Rasulullah pun tersenyum
hingga Abu Bakar menjadi bingung. Setelah orang itu agak lama mencaci lalu Abu
Bakar menjawab kelancangan tersebut. Ketika Abu Bakar membalas orang tersebut,
Rasulullah behenti tersenyum lalu ia pergi.
Dari
ketiga kisah diatas ada pesan dan pelajara yang bisa diamabil yaitu kebahagiaan
dan kemerdekaan berkait erat dengan sikap batin seseorang. Formula “to forgive
and forget”.
Dari
nasihat Kyai, dapat belajar untuk selalu berprasangka baik, jangan merasa
paling beriman dan paling bertaqwa dihadapan orang lain.
Kisah
Abu Bakar mengajarkan untuk bersabar. Jika kita merasa benar tak perlu takut
akan kritik, kecapan dan fitnah orang. Allah maha tahu siapa yang benar dan
siapa yang salah.
Agama Ibarat Pakaian
Menyamakan
agama dan pakaian tidak terlalu tepat meskipun keduaya memiliki kemiripan.
Orang bisa mudah berganti pakaian tetapi tidak untuk berganti agama.
“sebaik-baik pakaian adalah pakaian taqwa” (QS Al-A’raf 7:26). Taqwa adalah
hasil keberagaman yang benar, sedangkan taqwa oleh Allah diibaratkan dengan
pakaian.
Jika
direnungngkan pakain memiliki fungsi untuk menjaga kesehatan, menutup aurat dan
aspek estetika atau seni agar indah. Itulah fungsi pakaian yang bisa
dianalogikan dengan agama. Seseorang yang beragama mestinya jiwa dan badannya
menjadi sehat, kehormatan dirinya terjaga, dan perilaku serta tuturkatnya enak didengar.
Ibarat pakaian yang ukurannya pas, mestinya dengan agama, seseorang lebih
percaya diri, enak bergaul dan sehat jiwa raganya. Pendek kata, seseorang
haruslah merasa nyaman terhadap dirinya dimanapun ia berada.
Mari Berbaik Sangka
Ayat
10-12 surah Al-Hujurat, yakni tentang etika, rumus membangun dan menjaga
persahabatan sesama muslim dengan mengembangkan sika berbaik sangka (husnu
al-dhan). Dalam ayat ke 10 Allah berfirman, “ sesungguhnya sesama orang beriman
itu bersaudara, dan jika terjadi perselisihan hendaknya segera didamaikan
karena damai itu mendekati pintu rajmat,” (QS Al-Hujurat 49:10).
Agar
iman seseorang tidak rusak, jangan lah senag menilai oran lain hany berdasarkan
dugaan. Jangan pula selalu ingin tahu urusan orang lain yang tidak menjadi
urusannya.allah juga melarang ghibah, yaitu menjelekan orang lain dari
belakang. Al-Qur’an menganalogikan ghibah sebagai orang yang memakan bangkai
temannya sendiri. Secara psikologis, orang yang senang meliha kekurangan orang
lain dan selalu bersangka buruk maka dunianya akan sempit dan suram.
Agama Punya Seribu
Nyawa
Dalam
perjalanan sejarahnya, agama-agama selalu dalam posisi dibela dan dicaci.
Sesama orang beragamapun karena berbeda keyakinan seringkali menyerang dan
menjatuhkan. Mereka yang anti agama telah melakukan berbagai cara untuk
membunuh agama.
Di
zaman modern, kekuatan antiagama masih juga tetap tumbuh, seperti
ideologi-ideologi besar yang lahir dari paham komunisme dan sekularisme.
Semuanay berusaha membaangun doktrin dan filsafat untuk membasmi agama.
Kata
dan konsep agama menimbulkan perdebatan dikalangan para sarjana. Misalnya
pandanagan sarjana ilmu sosial akan memiliki pandangan dan sikap yang berbeda
dari para teolog dan agamawan ketika mengaukan argumen dan asal-usul agama.
Namun,
ternyata provokasi keyakinan mereka yang antiagama tidak berhasil. Agama tidak
akan pernah mati. Kita memerlukan agama sebagai penuntun dan pedoman hidup.
Islam dan Peradaban
Hibrida
Semua
produk peradaban besar selalu bersifat hibrida, yaitu bertemunya berbagai
keunggulan dari peradaban lain. Dalam era global dunia Islam semestinya
fenomena ini tidak asing. Dalam sejarahnya, kebudayaan Islam pernah memiliki
masa kejayaan sekitar abad ke-8 – 12 M dengan menerima dan mengapresiasikan
dengan kebudayaan lain.
Contoh
yang paling gamblang sikap inklusivisme Islam yang melahirkan Islam yang
melahirkan peradaban hibrida adalah bangunan masjid. Yang telah menyerap
budaya-budaya diluar Islam seperti menara masjid yan berasal dari tradisi
Yunani kuno dan agama Majusi yang kemudian menjadi landmark sebuah Masjid.