Minggu, 15 Juni 2014

Ulasan Buku Psikologi Beragama

Judul         :Psikologi Beragama; Menjadikan Hidup Lebih Ramah dan Santun
Penulis      :Komaruddin Hidayat
Penerbit    : Hikmah (PT Mizan Publika)
Cetakan    : II, November 2010
Tebal        : vii + 252 halaman
ISBN        : 978-602-8767-19-4







Pendahuluan
Beragam Ekspresi Beragama

Suka atau tidak suka, setuju atu tidak setuju di muka bumi terdapat beragm bahasa, budaya dan agama yang ketiganya yang tidak dapat dipisahkan dalam keterkaitannya. Keragaman budaya dan bahasa inilah yang membuat menjadi menarik sepeti pelangi yang terdiri dari warna yang berbeda namun memiliki keindahan. Namun bnayk juga ynag merasa gelisah atau khawatir akan agama yang diyakininya tersaingi oleh agama yang diyakini orang lain yang berbeda, tidak rela jika disurga itu terdapat pemeluk agama ynag berbeda. Namun, adapula yang berpandangan entah serius atau hanya canda, kalu di alam semesta Tuhan menciptakan miliaran planet, mungkin saja Tuhan menyediakna beragam surga sesuai dengan agama dan keshalehannya ketika didunia. Jadi tak usah kahawatir tidak akan kebagian surga.

Tidak mungkin mengenal agama tanpa wadah serta pengaruh bahasa dan budaya. ada agama yang turun dari langit (samawi) , namun ketika turun kebumi, agam meski rela membuka diri dan bergaul dan tumbuh bersama budaya. Contoh, ketika Al-Qur’an datang dari Alllah Yang Maha Ghaib berada diluar dan rentang sejarah dan budaya, ketika Al-qur’an menyebar sampai ke Nusantara kemudian terjadi penerjamahan sesuai dengan bahasa yang digunakan di Nusantara.
Ketika berlangsung proses penerjemahan ke dalam bahasa Indonesia atau bahsa daerah, maka sanagat mungkin terjadi penyempitan makana karena mengingat karakter bahasa Arab yang digunakan untuk mewadai Al-Qur’an jauh lebih banyak struktur, jumlah kata dan maknanya. Perbedaan medium bahasa juga memungkinkan perbedaan ekspresi atau makna.
Betapa beragam pengalaman, pemaknaan, dan ekspresi keagamaan di muka bumi ini mengingat banyaknya keyakinan dan kepercayaan yang semuanya memiliki pengikut setia. Uniknya, agama mesti disertai dengan pembelaan emosional ketika agamanya dikritik atau dibandingkan.
Sebuah keyakinan agama didalamnya terdapat sekian nilai, kepecayaan, dan aturan normatif baik berfikir maupun bertindak.  Sesuai dengan norma agama, karena keyakinan beragama senantiasa menberikan spirit pada kehidupan.
Ada beberapa pendekatan untuk mengkaji ajaran agam dan ekspresi keagamaan. Secara sederhana, aspek fundamental dari agama meliputi enamh hal : doktrin ketuhanan, Rasul Tuhan sebagai pembawanya, kitab suci, tatacara ritual, etika sosial dan keyakinan kehidupan setelah mati.
 
Memperkuat Dimensi Etika
Konflik yang sering terjadi antarumat beragama bisa dikurangi dengan memperkuat etika-etika dari tiap ajaran agama untuk membangun peradaban bersama, mengingat setiap agam mengajarkan etika sosial kemanusiaan, sesungguhnya kerukunan dapat dibangun dari dimensi ini. Jika dimensi etika semakin ditonjolkan, pastiwajah agama akan semakin simpatik, ramah, dan liberatif sehingga orang merasa nyaman dan bangga memasuki komunitas agama.
Islam tidak mengenal pemisahan secara eksterm antara agama dan wilayah non agama. Ingatan sejarah yang begitu kuat bahwa Islam mencakup segala-galanya . lalu semua hendak di Ilamkan, minimal labelnya, misalnya ekonomi Islam, Front Pembela Islam (FPI) dll.
Islam dalam kehidupan sosila maupun politis jangan dipandang sebagai doktin teologis akan tetapi substansial, yaitu penegakan etika keluarga dan sosial. Yang petama sering disebut denga pendekatan struktural dan yang kedua dianggap sebagai landasa kultural.

Agama dan Entitas
Secara makro dunia terbagi kedalam berbagi kelompok esar agama dan etnik maupun bangsa. Orang barat  asosiasi agamanya adalah Kristen. Di india sebagai Hindu di Cina konghuchu dan di timur tengah Islam, di Filifina umumnya beragama katolik sehingga bargi wara Mindanao yang beragama Islam merasa setengah hati sebagai warga negara Filipina.
Hubungan etnis dan agama telah melekat kuat sehingga orang barat bangga mengaku Kristen padahal mereka tidak prnah ke gereja dan orang Turki bangga mengaku muslim walau tidak mendirikan sahalat.
Pada wilyah individu, orang Jawa bnayak menganut agama Kisten dan Katolik meski elemen tradisi jawa dan Islam juga masih dihargai. Kenyataan ini menunnjukan agama dan budaya sulit dipisahkan.

Mazahab-mazhab dalan Agama
Hampir semua agama terdapat mazahab, yaitu sebuah pemahaman rasional berdasarkan kitab suci yang pada mulanya muncul untuk menjawab problema baru yang dihadapi umatnya.
Mazhab muncul ketika sebuah Agama berkembang keluar dari wilayah kelahirannya dan pendirinya yang memiliki otoritas tertinggi dan tak terbantahkan telah meninggal. Ketika menghadapi persoalan baru yang belum ada sebelumnya, diperlukan jawaban baru yang harus dipecahkan berdasarkan nalar dan dengan mempertimbangkan kondisi lokal. Maka munculah Ijtihad yang pada urutannya melembaga menjadi sebuah mazhab. Dalam Islam mazhab ini terjadi di semua cabang keislaman. Hanya saja yang lebih populer yaitu dalam Fikih karena menyangkut ritual harian yang wajib dilakukan terutama Shalat.
Semakin maju pendidikan masyarakat dan pergaulan lintas bangsa maka akan sering juga terjadi pertemuan lintas mazhab. Hal ini membuat masyarakat semkin inklusif, terbuka, dan tidak fanatik pada satu mazhab saja.

Kecendrungan Metahistoris
Pada dimensi pendiinya, setiap agama, tumbuh dan berkembng pada realitas historis. Pendirinya pun betul-betul sosok historis. Dari semuaa pendiri agama hanya sosok Muhammad SAW yang betul-betul tidak mengandung misteri. Semuanya jelas tercatat dalam sejarah dari lahir sampai wafatnya.
Ucapan dan prilaku Muhammad tercatat dalam kitab hadits yang berjilid-jilid jumlahnya baik yang autentik atau pun palsu. Hadis dibedakan dengan Al-Qur’an dari sisi ini maka data historis ajara Islam paling kaya dan utuh.


GAPURA AGAMA
Beragama dengan Nyaman
Ada tiga kisah yang pertama kisah Nelson Mandela yang dipenjara selama 27 tahun dengan hukuman di sel yang begitu sempit, bau, tak ada meja dan kursi dan makanan yang sering disajikan basi, dan Nelson menjadi presiden Afrika Selatan dan begitu dikagumi di dunia dan aia tidak merasa dendam dan geram terhadap musuh politiknya di masa lalu. “Kalau aku biarkan dan kupelihara terus kesalahan dan kebencianku kepada para penindas itu, mereka yang pernah menyanderaku selam 27 tahun itu akan terus menyandera diri dan jiwaku.
Carita yang kedua tentang seseorang bertanya kepada Kyai kampung tentang mengapa sesama muslim banyak yang saling mencemooh dan saling mengkafirkan dan mencemooh muslim lain yang berbeda pendapat? Lalu Kyai kampung itu menjawab “saya kurang tahu dalil apa yang dipakai. Kalau seseorang telah menerima rukun iman dan rukun Islam, maka tidak berhak kita menuduhnya kafir. Jdi saya tidak bisa jawab mengapa kita mesti mengkafirkan sesama muslim.”
Cerita yang ketiga, riwaya tentang ketika Abu Bakar sedang Berjalan bersaa Rasulullah. Di tengah jalan, Abu Bakar tiba-tiba dicaci maki. Abu Bakar merasa tidak kenal dan tidak bersalahsehingga ia diam dan tersenyum, dan Rasulullah pun tersenyum hingga Abu Bakar menjadi bingung. Setelah orang itu agak lama mencaci lalu Abu Bakar menjawab kelancangan tersebut. Ketika Abu Bakar membalas orang tersebut, Rasulullah behenti tersenyum lalu ia pergi.
Dari ketiga kisah diatas ada pesan dan pelajara yang bisa diamabil yaitu kebahagiaan dan kemerdekaan berkait erat dengan sikap batin seseorang. Formula “to forgive and forget”.
Dari nasihat Kyai, dapat belajar untuk selalu berprasangka baik, jangan merasa paling beriman dan paling bertaqwa dihadapan orang lain.
Kisah Abu Bakar mengajarkan untuk bersabar. Jika kita merasa benar tak perlu takut akan kritik, kecapan dan fitnah orang. Allah maha tahu siapa yang benar dan siapa yang salah.
Agama Ibarat Pakaian
Menyamakan agama dan pakaian tidak terlalu tepat meskipun keduaya memiliki kemiripan. Orang bisa mudah berganti pakaian tetapi tidak untuk berganti agama. “sebaik-baik pakaian adalah pakaian taqwa” (QS Al-A’raf 7:26). Taqwa adalah hasil keberagaman yang benar, sedangkan taqwa oleh Allah diibaratkan dengan pakaian.
Jika direnungngkan pakain memiliki fungsi untuk menjaga kesehatan, menutup aurat dan aspek estetika atau seni agar indah. Itulah fungsi pakaian yang bisa dianalogikan dengan agama. Seseorang yang beragama mestinya jiwa dan badannya menjadi sehat, kehormatan dirinya terjaga, dan perilaku serta tuturkatnya enak didengar. Ibarat pakaian yang ukurannya pas, mestinya dengan agama, seseorang lebih percaya diri, enak bergaul dan sehat jiwa raganya. Pendek kata, seseorang haruslah merasa nyaman terhadap dirinya dimanapun ia berada.

Mari Berbaik Sangka
Ayat 10-12 surah Al-Hujurat, yakni tentang etika, rumus membangun dan menjaga persahabatan sesama muslim dengan mengembangkan sika berbaik sangka (husnu al-dhan). Dalam ayat ke 10 Allah berfirman, “ sesungguhnya sesama orang beriman itu bersaudara, dan jika terjadi perselisihan hendaknya segera didamaikan karena damai itu mendekati pintu rajmat,” (QS Al-Hujurat 49:10).
Agar iman seseorang tidak rusak, jangan lah senag menilai oran lain hany berdasarkan dugaan. Jangan pula selalu ingin tahu urusan orang lain yang tidak menjadi urusannya.allah juga melarang ghibah, yaitu menjelekan orang lain dari belakang. Al-Qur’an menganalogikan ghibah sebagai orang yang memakan bangkai temannya sendiri. Secara psikologis, orang yang senang meliha kekurangan orang lain dan selalu bersangka buruk maka dunianya akan sempit dan suram.



Agama Punya Seribu Nyawa
Dalam perjalanan sejarahnya, agama-agama selalu dalam posisi dibela dan dicaci. Sesama orang beragamapun karena berbeda keyakinan seringkali menyerang dan menjatuhkan. Mereka yang anti agama telah melakukan berbagai cara untuk membunuh agama.
Di zaman modern, kekuatan antiagama masih juga tetap tumbuh, seperti ideologi-ideologi besar yang lahir dari paham komunisme dan sekularisme. Semuanay berusaha membaangun doktrin dan filsafat untuk membasmi agama.
Kata dan konsep agama menimbulkan perdebatan dikalangan para sarjana. Misalnya pandanagan sarjana ilmu sosial akan memiliki pandangan dan sikap yang berbeda dari para teolog dan agamawan ketika mengaukan argumen dan asal-usul agama.
Namun, ternyata provokasi keyakinan mereka yang antiagama tidak berhasil. Agama tidak akan pernah mati. Kita memerlukan agama sebagai penuntun dan pedoman hidup.

Islam dan Peradaban Hibrida
Semua produk peradaban besar selalu bersifat hibrida, yaitu bertemunya berbagai keunggulan dari peradaban lain. Dalam era global dunia Islam semestinya fenomena ini tidak asing. Dalam sejarahnya, kebudayaan Islam pernah memiliki masa kejayaan sekitar abad ke-8 – 12 M dengan menerima dan mengapresiasikan dengan kebudayaan lain.
Contoh yang paling gamblang sikap inklusivisme Islam yang melahirkan Islam yang melahirkan peradaban hibrida adalah bangunan masjid. Yang telah menyerap budaya-budaya diluar Islam seperti menara masjid yan berasal dari tradisi Yunani kuno dan agama Majusi yang kemudian menjadi landmark sebuah Masjid.
 

Tidak ada komentar: